A. Pengertian
Pendekatan Studi Islam
Pendekatan adalah suatu cara kerja
untuk memudahkan pendidik/warga belajar agar peserta didik atau warga belajar
ingin belajar untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan.
Pendekatan adalah cara pandang atau paradigma yang terdapat
dalam suatu bidang ilmu yang selanjutnya digunakan dalam memahami agama (Uicha, 2011).
Pendekatan studi Islam adalah suatu
cara kerja untuk memudahkan seseorang mengetahui dan mendalami Islam secara
luas dan menyeluruh agar tidak muncul pola fikir yang dangkal.
B. Beberapa Pendekatan Studi Islam
Adapun pendekatan studi Islam, antara
lain:
1.
Pendekatan normatif
Normatif adalah peraturan yang mengatur
tentang baik buruknya perbuatan berdasarkan norma yang berlaku.
Norma adalah aturan yang berlaku di
kehidupan bermasyarakat yang bertujuan untuk mencapai kehidupan masyarakat yang
aman, tertib dan sentosa. Menurut Lubis (2011) Pendekatan normatif adalah sebuah pendekatan
yang lebih menekankan aspek norma-norma dalam ajaran Islam sebagaimana terdapat
dalam Alqur’an dan Sunnah.
Pendekatan normatif diklasifikasikan
menjadi tiga:
a. Missionaris
tradisional
Yaitu pendekatan yang bertujuan merubah
suatu masyarakat agar masuk agama tertentu diserta penyakinan akan pentingnya
peradaban missionaris, seperti yang dilakukan oleh Belanda dengan menjajah
Indonesia, mereka tidak hanya meyakinkan betapa kuatnya perabadaban yang mereka
miliki, tetapi juga menyebarkan agamanya yaitu Agama Kristen.
b. Apologetik
Pendekatan yang bertujuan untuk
menguatkan keimanan suatu kaum yang terlindas arus modernitas agar bangkit dan
percaya diri dengan identitas keislamannya.
c. Irenic
Pendekatan yang dilakukan untuk
menyatukan non muslim yang berorientasi negatif tentang orang muslim, dengan
Muslim yang berorientasi menyimpang. Supaya tercapai perdamaian bangsa dan
hilangnya prasangka, perlawanan dan saling menghina.
2.
Pendekatan Antropologis
Antropologi berasal dari Bahasa Yunani ”anthropos” artinya manusia/orang, dan ”logos” yang berarti wacana.
Antropologi adalah ilmu yang membahas
tentang manusia, khususnya tentang asal usul, aneka warna, bentuk fisik, adat
istiadat dan kepercayaan masa lampau.
Antropologis adalah adalah ilmu yang
mempelajari tentang segala aspek dari manusia terdiri dari aspek fisik dan non
fisik dan berbagai pengetahuan tentang kehidupan lainnya yang bermanfaat.
Pendekatan antropologis adalah salah
satu upaya memahami agama dengan cara melihat praktik keagamaan yang tumbuh dan
berkembang dalam masyarakat.
Aliran
antropologi agama terdiri dari:
a. Aliran fungsional
Penelitian
Brosnilaw Kacper Malinowski bertujuan mengetahui titik pandang pemikiran
masayarakat sederhana dan hubungannya dengan kehidupan serta mengatakan
pandangan-pandangan mereka tentang dunia.
b.Aliran historis
EE Evans
Pritchard dalam penelitiannya mengatkan bahwa aliran historis adalah
membandingkan struktur masyarakat dan kebudayaan yang berbeda.
c. Aliran struktural
Claude Levi
Strauss mengemukakan bahwa bahasa dan mite menggambarkan kaitan antara alam
dengan budaya dan hubungan antara alam dan budaya itu ditemukan hukum-hukum
pemikiran masyarakat yang diteliti.
3.
Pendekatan Sosiologis
Sosiologi berasal dari Bahasa Latin ”socius” artinya teman/kawan, dan ”logos” yang artinya ilmu pengetahuan.
Sosiologi juga dikenal sebagai ilmu pengetahuan tentang masyarakat.
Menurut Bapak Sosiologi Indonesia yaitu
Selo Soemardjan dan Soelaiman Soemardi, sosiologi adalah ilmu yang mempelajari
strukrtur sosial dan proses-proses sosial termasuk perubahan sosial.
Sosiologi adalah ilmu yang mempelajari
fakta-fakta sosial yakni mengandung cara-cara bertindak, berfikir, berperasaan
yang berada di luar individu (Durkheim, 1970).
Sosiologi adalah ilmu pengetahuan yang
membatasi diri terhadap persoalan penilaian (Soekarno, 2006).
Pendekatan sosiologi adalah salah satu
upaya memahami agama dengan cara meningkatkan kemampuan manusia untuk
menyesuaikan diri atau beradaptasi dengan lingkungan sosialnya agar pola fikir
berkembang dan akan mengalami evolusi yang menyebabkan perubahan sosial
masyarakat baru dan akan tercipta tingkat integrasi lebih besar.
Agama lebih memperhatikan bidang sosial
(Rahmat, 2006), hal ini dapat kita lihat jelas di dalam Al Quran dan Hadist
bahawa perbandingan ayat ibadah dengan muamalah (masalah sosial) adalah 1:100,
dan sholat berjamaah lebih baik dari pada sendiri (1:27).
4.
Pendekatan Teologis
Teologi merupakan cabang filsafat yang
mempelajari pengetahuan tentang hakekat Tuhan serta keberadaanya.
Teologi berasal dari Bahasa Yunani, ”Theos” yang berarti Allah (Tuhan) dan ”logis” yang artinya ilmu. Teologi
adalah ilmu yang mempelajari segala sesuatu yang berkaitan dengan keyakinan
beragama atau ilmu yang mempelajari tentang Tuhan.
Teologi adalah pembahasan materi
tentang eksistensi Tuhan dan tuhan-tuhan dalam dalam sebuah konsep nilai-nilai
ketuhanan yang terkontruksi dengan baik sehingga pada akhirnya menjadi sebuah
agama/aliran kepercayaan.
Pendekatan teologis dibagi menjadi
tiga:
a. Teologi
Normatif/Apologis
Pendekatan Teologi Normatif adalah
sebuah upaya memahami agama dengan menggunakan kerangka ilmu ketuhanan yang
menimbulkan keyakinan bahwa agama yang dianutnya dianggap paling benar
dibandingkan yang lain.
b. Teologi Dialogis
Pendekatan Teologi Dialogis adalah
mengkaji agama tertentu dengan menggunakan perspektif agama lain. Teologi ini
bertolak dari perspektif teologi kristen. Bahkan banyak digunakan orientalis
dalam mengkaji Islam.
c. Teologi
Konvergensi
Pendekatan
Teologi Konvergensi adalah metode pendekatan terhadap agama dengan melihat
unsur-unsur persamaan dari masing-masing agama/aliran, untuk mempersatukan
unsur esensial dalam agama-agama sehingga tidak nampak perbedaan yang esensial.
5. Pendekatan fenomenologis
Fenomenologi adalah sebuah studi Islam
dalam bidang filsafat yang mempelajari manusia sebagai sebuah fenomena.
Pendekatan fenomenologi merupakan
pendekatan agama dengan cara membandingkan berbagai macam gejala dari bidang
yang sama antara berbagai macam agama (Dhavamony, 1995).
Tokoh fenomenologi adalah Edmund
Hussert dan Alfred Schulta, mereka mengungkapkan bahwa ”Diam merupakan tindakan
untuk mengungkapkan pengertian sesuatu yang sedang diteliti, dengan diam akan
mengetahui perilaku orang lebih lanjut”.
Tujuan fenomenologi:
a. Menginterprestasikan
suatu teks berkenaan dengan persoalan agama dengan setepat-tepatnya.
b. Merekonstruksi suatu
kompleks tempat suci kuno/menerangkan permasalahan suatu cerita dari mitos.
c. Memahami struktur
dan organisasi dari suatu kelompok masyarakat religius dengan kehidupan
sekitar.
6. Pendekatan filosofis
Kata filosofis berasal dari kata
filsafat, dari Bahasa Yunani yaitu ”pilos”
yang artinya cinta kepada kebenaran, ilmu dan hikmah.
Filsafat adalah berfikir secara
mendalam, sistematik, radikal dan universal dalam rangka mencari kebenaran,
inti, hikmah atau hakikat mengenai segala sesuatu yang ada (Galzaba, 1973).
Menurut Purwadarmita (1999), filsafat
sebagai pengetahuan dan penyelidikan dengan akal budi mengenal sebab-sebab,
asas-asas hukum dsb terhadap sesuatu yang ada di alam semesta ataupun mengenai
kebenaran dan arti adanya sesuatu.
Dari pendapat tersebut, dapat diambil
kesimpulan bahwa pendekatan filosofis (arti sematik) merupakan studi proses
tentang kependidikan yang didasari dengan nilai-nilai ajaran Islam menurut
konsep cinta terhadap kebenaran, ilmu dan hikmah yang bersumber dari Al Quran
dan Hadist.
Pendekatan filosofis (arti praktis)
adalah suatu pendekatan yang penilaiannya berdasarkan akal (rasional). Ukuran
benar dan salahnya ditentukan dengan penilaian akal, apakah bisa diterima oleh
akal atau tidak.
7. Pendekatan historis (sejarah)
Historis adalah suatu ilmu yang
membahas berbagai peristiwa dengan menggunakan unsur-unsur tempat, waktu,
objek, latar belakang dan perilaku dari peristiwa tersebut.
Pendekatan historis adalah salah satu
upaya memahami agama dengan menumbuhkan perenungan untuk memperoleh hikmah
dengan cara mempelajari sejarah nilai-nilai Islam yang berisikan kisah dan
perumpamaan.
Al Quran terdiri dari dua bagian yaitu
tentang konsep-konsep dan kisah sejarah perumpamaan. Dari sejarah perumpamaan
inilah seseorang bisa mengambil hikmah.
8. Pendekatan politis
Teori politik normatif adalah cara
untuk membahas lembaga sosial, khususnya berhubungan dengan kekuasaan publik,
dan tentang hubungan antar individu di dalam lembaga politik disebut juga
sebagai moral/etika.
Perlawanan menghadapi penjajah
merupakan pergerakan politik Islam yang kemudian menjadi pembentukan negara
Indonesia.
Pendekatan politis adalah salah satu
upaya memahami agama dengan cara menanamkan nilai-nilai agama pada lembaga
sosial agar timbul motivasi/keinginan untuk meraih kebahagiaan dan
kesejahteraan serta perdamaian pada masyarakat.
Pendekatan politis dibagi menjadi lima,
yaitu:
a.
Pendekatan politis dekonfessionalisasi
Secara garis besar, untuk menyatukan
perbedaan antara kelompok dan memelihara hubungan politik bersama dalam sebuah
negara, seluruh identitas keyakinan simbol-simbol kelompok harus bisa
ditinggalkan untuk sementara waktu dalam rangka mencapai suatu kesatuan dan
kebersamaan yang lebih besar (Grms, 2008).
Dari pendapat di atas dapat disimpulkan
bahwa perdekatan politis De konfessionalisasi adalah pendekatan/usaha dengan
meningglakan seluruh identitas keyakinan yang berupa simbol dalam sementara
waktu untuk menyatukan perbedaan antar kelompok dan memelihara hubungan politik
besama dalam sebuah negara agar tercapai suatu kesatuan dan keberdsamaan yang
lebih besar.
Pancasila sebagai ideologi yang
digunakan Bangsa Indonesia untuk menjadikan bernegara (Nieuwenhujze, 1958),
dari situ bukan berarti Islam kalah dengan pancasila tetapi di dalam pancasila
tersimpan nilai-nilai Islam yaitu keesaan Tuhan, demokrasi, keadilan sosial dan
kemanusiaan.
b.
Pendekatan politis domestikasi Islam
Teori ini menggambarkan hebatnya Islam
berkembang di Indonesia tetapi lumpuh karena didominasi kekuatan lokal. Menurut
Harry J. Benda dalam Daniel Dokhada, berpandangan bahwa bangkitnya Mataram
Islam sebenarnya adalah kekuatan Hindu Jawa bukanlah Islam itu sendiri.
c.
Pendekatan politik skismatik aliran
Teori ini dikembangkan oleh Robert Jay
dan Clifford Goerta. Pendekatan skismatik memberikan gambaran tentang adanya
realitas kelompok aliran dalam kehidupan sosial, budaya dan politik serta agama
dalam masyarakat jawa (Yudiwah, 2011).
Dari penjelasan tersebut dapat
disimpulkan bahwa, kekuatan diluar Islam yang senantiasa menyaingi bahkan
menjinakan yaitu kelompok abangan dan priayi.
d.
Pendekatan politik trikotomi
Pendekatan ini dikembangkan Allan Samson
dalam aliran ini menjelaskan karakteristik Islam tidak dapat dilihat secara
tanggal seperti santri yaitu mereka yang tetap mempertahankankan Islam sebagai
baris dan norma dalam berpolitiknya. Politik santri dibagi menjadi tiga, yaitu:
þ Fundamentalis,
yaitu menetapkan agama dalam aspek kehidupan, termasuk bernegara.
þ Reformis, yaitu
menempatkan secara rasional posisi Islam dalam kehidupan politik termasuk
membanguin relasi bagi penerapan kepentingan Islam.
þ Akomodisionis,
yaitu kelompok santri yang lebih terbuka walau sepintas tidak sesuai dengan
prinsip-prinsip Islam.
Dari metode gerakan tersebut merupakan
langkah terpenting sebagai jalan berfikir/alat negosiasi dalam politik.
e.
Pendekatan politik kultural/diversifikasi
Menurut Emmerson (1987), Islam dalam
skala kebudayaan memiliki kemenangan yang hebat di Indonesia. Teori ini
mengarahkan kembali energi politik umat Islam ke dalam kegiatan non politik.
Islam kultural akan memunculkan Islam yang lebih simpatik dan subtantif (Grms,
2008).
Dari penjelasan di atas tersebut dapat
diambil kesimpulan bahwa kultural menjelaskan islam sebagai kekuatan budaya
yang berhasil dalam menakhlukan kekuatan politik.
9. Pendekatan
Psikologi
Psikologi berasal dari Bahasa Yunani ”psych” yang berarti jiwa dan ”logis” yang berarti ilmu. Psikologi
adalah ilmu yang mempelajari jiwa(Wundt, 1879). Pendekatan psikologi
adalah paradigma cara pandang memahami agama dengan mempelajari jiwa seseorang
dengan cara melihat gejala perilaku yang dapaat diamati. Dalam Islam banyak
sekali pengambaran batin. Seperti iman, taqwa kepada Allah. Perilaku seseorang
dapat dilihat dari sesuatu yang dia yakini.
Dengan psikologi, akan diketahui
tingkat keagamaan yang dihayati, dipahami dan diamalkan serta sebagai alat
untuk memasukkan agama ke dalam jiwa seseorang.
10. Pendekatan interdisipliner
Pendekatan interdisipliner adalah
adalah kajian dengan menggunakan sejumlah pendekatan sejumlah pendekatan/sudut
pandang dalam studi, misalnya menggunakan pendekatan sosiologis, historis dan
normatis secara bersamaan (Uicha, 2011).
Dari pendapat tersebut, pendekatan
interdisipliner adalah upaya dalam memahami Islam dengan menggunakan sejumlah
sudut pandang pendekatan karena dalam teori interdisipliner sangat penting
dibanding hanya satu pendekatan saja.
Contoh interdisipliner adalah seperti
aborsi, perlu dilacak nash Al Quran dan Sunnah Nabi tentang larangan pembunuhan
anak, dan tahap penciptaan manusia dihubungkan teori embriologi.
Dari pendekatan interdisiplner akan
memunculkan beberapa pendekatan baru dengan catatan:
a. Perkembangan ilmu
pengetahuan
b. Adanya penekanan
terhadap bidang pendekatan tertentu, dimaksudkan agar mampu memahami ajaran
Islam lebih lengkap.
C. Analisis
Dari sepenggal pembahasan di atas,
dapat kita ketahui begitu pentinggnya pendekatan dalam metodologi studi Islam
melalui beberapa aspek-aspek, metode-metode, yang mampu berkembang dalam
kemajuan ilmu pengetahuan pada zaman modern. Dalam hal ini umat islam harus
bisa melakukan gerakan pemikiran untuk mengantisipasi perkembangan dan kemajuan
studi Islam.
Di sinilah pentingnya menggali ajaran
Islam untuk mewujudkan suatu kedamaian, dan kesejahteraan suatu masyarakat
dalam berbangsa, dan bernegara.
Kesimpulan
Pendekatan Metodologi Studi Islam adalah cara pandang atau paradigma
yang terdapat dalam suatu bidang ilmu yang selanjutnya digunakan dalam memahami
agama. Dalam hal ini adalah agama Islam. Islam dapat dilihat dalam beberapa
aspek yang sesuai dengan cara pandangnya.
Adapun pendekatan studi Islam, antara
lain:
1.
Pendekatan normatif adalah sebuah
pendekatan yang lebih menekankan aspek norma-norma dalam ajaran Islam
sebagaimana terdapat dalam Alqur’an dan Sunnah.
2. Pendekatan
antropologis adalah salah satu upaya memahami agama dengan cara melihat praktik
keagamaan yang tumbuh dan berkembang dalam masyarakat.
3.
Pendekatan sosiologi adalah salah satu upaya memahami agama dengan cara
meningkatkan kemampuan manusia untuk menyesuaikan diri atau beradaptasi dengan
lingkungan sosialnya agar pola fikir berkembang dan akan mengalami evolusi yang
menyebabkan perubahan sosial masyarakat baru dan akan tercipta tingkat
integrasi lebih besar.
4. Pendekatan
fenomenologi merupakan pendekatan agama dengan cara membandingkan berbagai
macam gaya dari bidang yang sama antara berbagai macam agama
5.
Pendekatan teologis adalah sebuah upaya memahami agama dengan menggunakan
kerangka ilmu ketuhanan yang menimbulkan keyakinan agama dianggap paling benar
dibandingkan yang lain.
6. Pendekatan
fenomenologi merupakan pendekatan agama dengan cara membandingkan berbagai
macam gejala dari bidang yang sama antara berbagai macam agama
7.
Pendekatan filosofis merupakan studi proses tentang kependidikan yang didasari
nilai-nilai filosofis yang bersumber dari Al Quran dan Hadist.
8.
Pendekatan politis adalah salah satu upaya memahami agama dengan cara
menanamkan nilai-nilai agama pada lembaga sosial agar timbul motivasi/keinginan
untuk meraih kebahagiaan dan kesejahteraan serta perdamaian pada masyarakat.
9. Pendekatan
psikologi adalah paradigma cara pandang memmahami agama dengan mempelajari jiwa
seseorang dengan cara melihat gejala perilaku yang dapat diamati. Dalam Islam
banyak sekali pengambaran batin.
10. Pendekatan interdisipliner adalah upaya
dalam memahami Islam dengan menggunakan sejumlah sudut pandang pendekatan.
B. Saran
Demikian makalah yang berjudul “Beberapa Pendekatan Studi Islam”
Penulis buat. Penulis menyadari dalam penyusunan makalah ini banyak kekurangan.
Maka, kritik dan saran konstruktif penulis harapkan demi terciptanya makalah
yang lebih baik. Semoga makalah ini menjadi motivator dan inspirator bagi kita
semua.
DAFTAR PUSTAKA
1. Dhavamony, Maria Susai. 1995. Fenomenologi Agama. Yogjakarta:
Kanisius.
2. Durkheim, Emile. 1970. Suatu Studi, Teori, Aplikasi Sosiologi
Pendidikan. Jakarta: Erlangga.
3. Galzaba. 1973. Sistematika Filsafat. Jakarta: Bulan Bintang
4.
Nieuwenhuijze, CAO. 1958. Aspect of Islam in Post-Colonial
Indonesia. USA: Michigan University.
5.
Poerwadarminto,
WJS. 1999. Kamus Umum Bahasa Indonesia.
Jakatar: Lembaga Bahasa dan Budaya.
6. Rahmat,
Jalaluddin. 2006. Islam dan Pluralisme, Akhlaq Al Quran menyikapi Perbedaan.
Jakarta: Serambi Ilmu Semesta.
7. Saleh, Ahmad Syukri. 2010. Metodologi Tafsir Al Quran Kontemporer.
Jakarta: GP Press.
8. Soemardjan,
Selo dan SS. 1964. Setangkai Bunga
Sosiologi. Jakarta: UI fakultas Ekonomi.
9.
Sulaeman, MM.
1993. Ilmu Budaya Dasar. Bandung: PT. Eroslo