BAB II
PEMBAHASAN
A. HADITS-HADITS TENTANG
PERSUDARAAN MUSLIM
1. Hadits Persaudaraan
Muslim
عنْ
أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ : قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صلى الله عليه
وسلم : لاَ تَحَاسَدُوا وَلاَ تَنَاجَشُوا وَلاَ تَبَاغَضُوا وَلاَ تَدَابَرُوا
وَلاَ يَبِعْ بَعْضُكُمْ عَلَى بَيْعِ بَعْضٍ وَكُوْنُوا عِبَادَ اللهِ
إِخْوَاناً. الْمُسْلِمُ أَخُو الْمُسْلِمِ لاَ يَظْلِمُهُ وَلاَ يَخْذُلُهُ وَلاَ
يَكْذِبُهُ وَلاَ يَحْقِرُهُ. التَّقْوَى هَهُنَا –وَيُشِيْرُ إِلَى صَدْرِهِ
ثَلاَثَ مَرَّاتٍ – بِحَسَبِ امْرِئٍ مِنَ الشَّرِّ أَنْ يَحْقِرَ أَخَاهُ
الْمُسْلِمَ، كُلُّ الْمُسْلِمِ عَلَى الْمُسْلِمِ حَرَامٌ دَمُهُ وَمَالُهُ وَعِرْضُهُ .[رواه مسلم]
Terjemah hadits
/ ترجمة الحديث :
Dari Abu
Hurairah radhiallahuanhu dia berkata: Rasulullah shallallahu`alaihi
wa sallam bersabda: “Janganlah kalian saling dengki, saling menipu,
saling marah dan saling memutuskan hubungan. Dan janganlah kalian menjual
sesuatu yang telah dijual kepada orang lain. Jadilah kalian hamba-hamba Allah
yang bersaudara. Seorang muslim adalah saudara bagi muslim yang lainnya, (dia)
tidak menzaliminya dan mengabaikannya, tidak mendustakannya dan tidak
menghinanya. Taqwa itu disini (seraya menunjuk dadanya sebanyak tiga kali).
Cukuplah seorang muslim dikatakan buruk jika dia menghina saudaranya yang
muslim. Setiap muslim atas muslim yang lain; haram darahnya, hartanya dan
kehormatannya.” (Riwayat Muslim)
Kenapa hadis ini ditekankan
? Masalah penyakit hati yang sangat berbahaya
þ Larangan untuk saling dengki. Dengki di sini
bermaksud menginginkan agar
nikmat atau kelebihan atau kebolehan atau keistimewaan yang ada pada orang lain di
alihkan kepadanya atau terhapus.
þ Larangan untuk berbuat keji dan menipu dalam
urusan jual beli.
þ Diharamkan untuk memutuskan hubungan terhadap
muslim. Sebaliknya harus dijaga persaudaraan dan hak-haknya kerana Allah
ta’ala.
þ Islam bukan hanya aqidah dan ibadah saja,
tetapi juga di dalamnya terdapat urusan akhlak dan muamalah.
þ Hati merupakan sumber rasa takut kepada Allah
ta’ala.
þ Taqwa merupakan barometer keutamaan dan
timbangan seseorang.
þ
Islam memerangi
semua akhlak tercela kerana hal tersebut berpengaruh negatif dalam masyarakat
Islam.
þ
Islam bukanlah
sekadar lantunan kata-kata,
tetapi ia mencakupi akhlak yang merupakan nilai-nilai luhur dalam bentuk perbuatan yang lahir daripada
keimanan yakni orang yang bersih hatinya.
Berbuat baik
kepada tetangga adalah berbuat baik menurut kemampuannya, apabila ia meminjam
sesuatu kepadamu, berikanlah pinjaman itu, jika minta pertolongan, tolonglah ia
jika butuh sesuatu, berikanlah ia,jika ia sakit tengoklah dia, jika keluarganya
ada yang meninggal, bertakzialah, jika ia berbahagia ikutilah berbahagia dan
ucapkan selamat. Jadilah engkau orang yang dapat dipercaya terhadap
rahasia-rahasianya, suka memberi hadiah, jagalah kemaslahatannya sebagaimana
engkau menjaga kemaslahatanmu. Selain itu, diharuskan pula menjaga mereka dari
ancaraman gangguan dan bahaya. Dan dalam hadist lain riwayat Ibnu Majah dari
Siti Aisyah disebutkan:
Artinya:
“Malaikat Jibril senantiasa memberi wasiat kepadaku (untuk menjaga) tetangga
sehingga aku menyangka bahwa tetangga akan dapat warisan (dapat diwarisi).
Dalam Al-Qur’an juga banyak ayat-ayat
yang membahas agar berbuat baik kepada tetangga.
* (#rßç6ôã$#ur
©!$#
wur
(#qä.Îô³è@
¾ÏmÎ/
$\«øx©
(
Èûøït$Î!ºuqø9$$Î/ur
$YZ»|¡ômÎ)
ÉÎ/ur
4n1öà)ø9$#
4yJ»tGuø9$#ur
ÈûüÅ3»|¡yJø9$#ur
Í$pgø:$#ur
Ï
4n1öà)ø9$#
Í$pgø:$#ur
É=ãYàfø9$#
É=Ïm$¢Á9$#ur
É=/Zyfø9$$Î/
Èûøó$#ur
È@Î6¡¡9$#
$tBur
ôMs3n=tB
öNä3ãZ»yJ÷r&
3
¨bÎ)
©!$#
w
=Ïtä
`tB
tb%2
Zw$tFøèC
#·qãsù
ÇÌÏÈ
Artinya:
“Dan berbuat baiklah kepada kedua orang tua ibu bapak, karib kerabat, anak-anak
yatim, orang-orang miskin, tetangga yang dekat dan tetangga yang jauh,
teman-teman sejaewat, Ibnu sabil dan hamba sahayamu, sesungguhnya Allah tidak
menyukai orang-orang yang sombong dan membangga- banggakan diri.
Memuliakan
tetangga, berbuat baik kepada tetangga dan jangan menyakiti tetangga, semua itu
kembali kepada urutan haq-haq tetangga. Aisyah bertanya: “Wahai Rasullulah!
Sesungguhnya saya mempunyai dua tetangga, kepada yang mana aku memberikan satu
hadiah ini? Nabi SAW menjawab : Berikan pada tetangga yang lebih dekat pintu
rumahnya dengamu. Disebut tetangga adalah yang berdekatan rumah, atau
yang jauh dari rumah, muslim atau kafir, ahli ibadah atau ahli yang melakukan
dosa, teman atau musuh. Maka tetangga muslim yang beribadah dan teman lebih
utama daripada tetangga lainnya dan lebih didahulukan dari pada tetangga
lainnya.
1. Keutamaan Silaturrahim
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رضي الله عنه قَالَ: قَالَ رَسُولُ اَللَّهِ صلى
الله عليه وسلم : مَنْ أََحَبَّ أَنْ يُبْسَطَ عَلَيْهِ فِي رِزْقِهِ وَأَنْ
يُنْسَأَ لَهُ فِي أَثَرِهِ فَلْيَصِلْ رَحِمَهُ (أَخْرَجَهُ اَلْبُخَارِيُّ).
Dari Abi Hurairah ra. Ia berkata : bersabda rasulullah saw. : “
Barang siapa yang ingin di luaskan rizqinya dan di panjangkan umurnya maka
hendaknya ia menyambung silaturahmi”. ( H.R Bukhari)
Hadits ini memberikan salah satu gambaran tentang keutamaan
silaturahmi. Yaitu dipanjangkan umur pelakunya dan dilapangkan rizkinya.
Adapun penundaan ajal atau perpanjangan umur, terdapat satu
permasalahan; yaitu bagaimana mungkin ajal diakhirkan? Bukankah ajal telah
ditetapkan dan tidak dapat bertambah dan berkurang sebagaimana firmanNya:
.وَلِكُلِّ أُمَّةٍ أَجَلٌ فَإِذَا جَآءَ أَجَلُهُمْ
لاَيَسْتَأْخِرُونَ سَاعَةً وَلاَيَسْتَقْدِمُونَ
Artinya:
“Maka apabila telah datang waktunya mereka tidak dapat mengundurkannya
barang sesaatpun dan tidak dapat (pula) memajukannya.” (QS Al A’raf: 34).
Jawaban
para ulama tentang masalah ini sangatlah banyak. Di antaranya,
Pertama, Yang
dimaksud dengan tambahan di sini, yaitu tambahan berkah dalam umur. Kemudahan
melakukan ketaatan dan menyibukkan diri dengan hal yang bermanfaat baginya di
akhirat, serta terjaga dari kesia-siaan.
Kedua,
Berkaitan dengan ilmu yang ada pada malaikat yang terdapat di Lauh Mahfudz dan
semisalnya. Umpama usia si fulan tertulis dalam Lauh Mahfuzh berumur 60 tahun.
Akan tetapi jika dia menyambung silaturahim, maka akan mendapatkan tambahan 40
tahun, dan Allah telah mengetahui apa yang akan terjadi padanya (apakah ia akan
menyambung silaturahim ataukah tidak).
Demikian ini ditinjau dari ilmu Allah. Apa yang telah ditakdirkan,
maka tidak akan ada tambahannya. Bahkan tambahan tersebut adalah mustahil.
Sedangkan ditinjau dari ilmu makhluk, maka akan tergambar adanya perpanjangan
(usia).
Ketiga, Yang
dimaksud, bahwa namanya tetap diingat dan dipuji. Sehingga seolah-olah ia tidak
pernah mati. Demikianlah yang diceritakan oleh Al Qadli, dan riwayat ini dha’if
(lemah) atau bathil. Wallahu a’lam. [Shahih Muslim dengan Syarah Nawawi,
bab Shilaturrahim Wa Tahrimu Qathi’atiha (16/114)]:
Keutamaan
silaturahmi yang lainnya, dijelaskan Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam
dalam banyak hadits. Diantaranya ialah :
Pertama, Silaturahmi
merupakan salah satu tanda dan kewajiban iman. Sebagaimana dijelaskan
Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam dalam hadits Abu Hurairh, beliau
bersabda, dipanjangkan umur dan dilapangkan rizkinya oleh allah
Artinya: “Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir,
hendaklah bersilaturahmi.” (Mutafaqun ‘alaihi).
Kedua, Mendapatkan
rahmat dan kebaikan dari Allah Ta’ala . Sebagaimana sabda beliau Shallallahu’alaihi
Wasallam ,
Artinya:
“Allah menciptakan makhlukNya, ketika selesai menyempurnakannya, bangkitlah
rahim dan berkata,”Ini tempat orang yang berlindung kepada Engkau dari pemutus
rahim.” Allah menjawab, “Tidakkah engkau ridha, Aku sambung orang yang
menyambungmu dan memutus orang yang memutusmu?” Dia menjawab,“Ya, wahai Rabb.””
(Mutafaqun ‘alaihi).
Ibnu Abi Jamrah berkata,“Kata ‘Allah menyambung’, adalah ungkapan
dari besarnya karunia kebaikan dari Allah kepadanya.”
Sedangkan Imam Nawawi menyampaikan perkataan ulama dalam uraian
beliau,“Para ulama berkata, ‘hakikat shilah adalah kasih-sayang dan rahmat.
Sehingga, makna kata ‘Allah menyambung’ adalah ungkapan dari kasih-sayang dan
rahmat Allah.” [Lihat syarah beliau atas Shahih Muslim 16/328-329]
Ketiga,
Silaturahmi adalah salah satu sebab penting masuk syurga dan dijauhkan dari api
neraka. Sebagaimana sabda beliau Shallallahu’alaihi Wasallam,
Artinya:
“Dari Abu Ayub Al Anshari, beliau berkata, seorang berkata,”Wahai
Rasulullah, beritahulah saya satu amalan yang dapat memasukkan saya ke dalam
syurga.” Beliau Shallallahu’alaihi Wasallam menjawab,“Menyembah Allah
dan tidak menyekutukanNya, menegakkan shalat, menunaikan zakat dan
bersilaturahmi.”” (Diriwayatkan oleh Jama’ah).
2. Larangan
Memutuskan Silaturahmi.
Sudah menjadi sunnatullah bahwa hubungan sesame manusia tidaklah
selamanya baik, ada problem dan pertentangan. Hidup adalah perjuangan,
tantangan, pengorbanan, dan sekaligus perlombaan anatar sesama manusia. Tidak
heran kalau terjadi gesekan antar sesama dan tidak mungkin dapat dihindarkan.
Namun demikian, gesekan atau permusuhan tersebut jangan sampai diperpanjang hingga melebihi tiga hari yanag ditandai dengan tidak saling menegur sapa dan saling manjauhi. Hal ini tidak dibenarkan dalam ajaran Islam.
Memang benar setiap manusia memiliki ego dan gengsi sehingga hal ini sering mengalahkan akal sehat akan tetapi untuk apa mempertahankan gengsi bila hanya menyebabkan pelanggaran aturan agama dalam berhubungan dengan sesama.
Di antara cara efektif untuk membuka kembali hubungan yang telah terputus adalah dengan mengucapkan salam sebagai tanda dibukanya kembali hubungan kekerabata. Ini bukan bahwa orang yang memulai salam berarti telah kalah tetapi ia telah melakukan perbuatan sangat mulia dan terpuji di sisi Allah SWT.
Namun demikian, gesekan atau permusuhan tersebut jangan sampai diperpanjang hingga melebihi tiga hari yanag ditandai dengan tidak saling menegur sapa dan saling manjauhi. Hal ini tidak dibenarkan dalam ajaran Islam.
Memang benar setiap manusia memiliki ego dan gengsi sehingga hal ini sering mengalahkan akal sehat akan tetapi untuk apa mempertahankan gengsi bila hanya menyebabkan pelanggaran aturan agama dalam berhubungan dengan sesama.
Di antara cara efektif untuk membuka kembali hubungan yang telah terputus adalah dengan mengucapkan salam sebagai tanda dibukanya kembali hubungan kekerabata. Ini bukan bahwa orang yang memulai salam berarti telah kalah tetapi ia telah melakukan perbuatan sangat mulia dan terpuji di sisi Allah SWT.
Bahaya
memutuskan silaturrahim
عَنْ جُبَيْرِ بْنِ مُطْعِمٍ رضي الله عنه قَالَ: قَالَ رَسُولُ
اَللَّهِ صلى الله عليه وسلم : لاَ يَدْخُلُ اَلْجَنَّةَ قَاطِعٌ (مُتَّفَقٌعَلَيْهِ)
Dari Jubair bin Muth’im ra. Ia berkata : bersabda Rasulullah saw. : “Tidak
akan masuk surga orang yang memutuskan hubungan”. (Mutafaqun ‘alaih)
0rang yang memutuskan silaturahmi adalah orang yang dilaknat oleh
Allah. Dosa yang dipercepat oleh Allah untuk diberi siksa di dunia dan akhirat
adalah memutuskan silaturahmi (selain berbuat zalim). 0rang yang memutuskan
silaturahmi doanya tidak dikabulkan oleh Allah. 0rang yang memutuskan
silaturahmi tidak akan masuk surga. Bila dalam suatu kaum terdapat orang yang
memutus silaturahmi, maka kaum itu tidak akan mendapat rahmat dari Allah.
Allah
berfirman:
“Maka
apakah kiranya jika kamu berkuasa kamu akan membuat kerusakan dimuka bumi dan
memutuskan hubungan kekeluargaan Mereka itulah orang-orang yang dila'nati
Allah dan ditulikan-Nya telinga mereka dan dibutakan-Nya penglihatan
mereka" (QS. Muhammad :22-23)
Rasulullah
shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,
artinya
:"Tidaklah seorang muslim memanjatkan do’a pada Allah selama tidak
mengandung dosa dan memutuskan silaturahmi melainkan Allah akan beri padanya
tiga hal: Allah akan segera mengabulkan do’anya, Allah akan menyimpannya
baginya di akhirat kelak, dan Allah akan menghindarkan darinya kejelekan yang
semisal." Para sahabat lantas mengatakan, "Kalau begitu kami akan
memperbanyak berdo’a." Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam lantas
berkata," Allah nanti yang memperbanyak mengabulkan do'a-do'a
kalian"." (HR. Ahmad)
Rasulullah
shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,
artinya
: "Tidak ada dosa yang Allah swt lebih percepat siksaan kepada
pelakunya di dunia, serta yang tersimpan untuknya di akhirat selain perbuatan
zalim dan memutuskan tali silaturahmi" (HR Tirmidzi)
Rasulullah
shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,
Artinya
: "Rahmat tidak akan turun kepada kaum yang padanya terdapat
orang yang memutuskan tali silaturahmi (HR Muslim).
3.
Larangan memutuskan silaturrahim
عَنْ أَبِي أَيُّوبَ رضي الله عنه أَنَّ رَسُولَ اَللَّهِ صلى
الله عليه وسلم قَالَ: لاَ يَحِلُّ لِمُسْلِمٍ أَنْ يَهْجُرَ أَخَاهُ فَوْقَ
ثَلاَثِ لَيَالٍ يَلْتَقِيَانِ, فَيُعْرِضُ هَذَا, وَيُعْرِضُ هَذَا,
وَخَيْرُهُمَا اَلَّذِي يَبْدَأُ بِالسَّلاَمِ (مُتَّفَقٌ
عَلَيْهِ)
Dari Abu Ayub ra. Sesungguhnya Rasulullah saw. Bersabda : “tidak di halalkan
bagi seorang muslim memusuhi saudaranya lebih dari tiga hari, sehingga jika
bertemu saling berpaling muka, dan sebaik-baik keduanya adalah yang mendahului
memberi salam”. (Mutafaqqun ‘alaih)
Islam menganjurkan untuk menyambung hubungan dan bersatu serta
mengharamkan pemutusan hubungan, saling menjauhi, dan semua perkara yang
menyebabkan lahirnya perpecahan. Karenanya Islam menganjurkan untuk menyambung
silaturahim dan memperingatkan agar jangan sampai ada seorang muslim yang
memutuskannya. Dan Nabi shalllallahu alaihi wasallam mengabarkan bahwa bukanlah
dikatakan menyambung silaturahmi ketika seorang membalas kebaikan orang yang
berbuat kebaikan kepadanya, yakni menyambung hubungan dengan orang yang senang
kepadanya. Akan tetapi yang menjadi hakikat menyambung silaturahmi adalah
ketika dia membalas kebaikan orang yang berbuat jelek kepadanya atau menyambung
hubungan dengan orang yang memutuskan hubungan dengannya.
Nabi shallallahu alaihi wasallam mengabarkan bahwa balasan
disesuaikan dengan jenis amalan. Karenanya, barangsiapa yang menyambung
hubungan silaturahminya maka Allah juga akan menyambung hubungan dengannya, dan
di antara bentuk Allah menyambungnya adalah Allah akan menambah rezekinya,
menambah umurnya, dan senantiasa memberikan pertolongan kepadanya.
Sebaliknya, siapa saja yang memutuskan hubungan silaturahimnya maka
Allah juga akan memutuskan hubungan dengannya. Dan ketika Allah sudah
memutuskan hubungan dengannya maka Allah tidak akan perduli lagi dengannya,
Allah akan menjadikannya buta dan tuli, dan menimpakan laknat kepadanya. Dan
siapa yang mendapatkan laknat maka sungguh dia telah dijauhkan dari kebaikan
dan rahmat Allah Ta’ala yang Maha Luas.
Dampak yang ditimbulkan bila silaturahim diantara kita putus,
sangatlah besar, baik di dunia maupun di akhirat kelak. Di antaranya adalah
sebagai berikut :
1.
Segala amalnya tidak berguna dan tidak berpahala. Walaupun kita telah beribadah
dengan penuh keikhlasan, siang dan malam, tetapi bila kita masih memutus tali
silaturahim dan menyakiti hati orang-orang Islam yang lain, maka amalannya
tidak ada artinya di sisi Allah SWT.
2.
Amalan shalatnya tidak berpahala. Sabda Rasulullah SAW : "Terdapat 5
(lima) macam orang yang shalatnya tidak berpahala, yaitu : isteri yang dimurkai
suami karena menjengkelkannya, budak yang melarikan diri, orang yang mendemdam
saudaranya melebihi 3 hari, peminum khamar dan imam shalat yang tidak disenangi
makmumnya."
3.
Rumahnya tidak dimasuki malaikat rahmat. Sabda Rasulullah SAW :
"Sesungguhnya malaikat tidak akan turun kepada kaum yang didalamnya ada
orang yang memutuskan silaturahmi."
4.
Orang yang memutuskan tali silaturahmi diharamkan masuk surga. Sabda Rasulullah
SAW : " Terdapat 3 (tiga) orang yang tidak akan masuk surga, yaitu : orang
yang suka minum khamar, orang yang memutuskan tali silaturahmi dan orang yang
membenarkan perbuatan sihir."
Hubungan di antara cinta dan
persaudaraan adalah hubungan yang sangat kuat. Maka setiap orang yang
dipertalikan oleh Allah di antara engkau dan dia dengan hubungan persaudaraan,
niscaya ia mendapat hak untuk saling mencintai karena Allah. Dan setiap orang
yang bergaul denganmu dengan kecintaan iman, niscaya ia berhak mendapatkan hak
persaudaraan Islam.
Dalam larangan tentang sebagian gambaran perbuatan jahat terhadap muslim
atau perintah sebagian gambaran kehidupan bersama, tolong menolong, dan saling
berkasih sayang, Rasulullah melengkapi
pengarahan beliau dengan sabdanya:
وَكُوْنُوْا عِبَادَ اللهِ إِخْوَانًا
"Dan jadilah kamu
hamba-hamba Allah yang bersaudara”. (HR. al-Bukhari, Abu Daud, at-Tirmidzi,
Malik)
Al-Qurthubi rahimahullah
menjelaskan pengertian persaudaraan yang dimaksudkan dalam hadits tersebut
dengan ucapannya : “Berusahalah agar kamu menjadi seperti saudara senasab dalam
kasih sayang, tolong menolong, saling membantu, dan memberi nasehat”. (Dikutip
dari hasyiyah al-Muwaththa`, ta'liq Muhammad Fu`ad Abdul Baqi hal. 908, kitab
Husnul Khuluq no. 15)
Dan standar pemahaman ukhuwah
(persaudaraan) dan yang tidak sempurna iman kecuali dengannya adalah yang
dijelaskan oleh Rasulullah dengan
sabdanya:
وَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ,
لاَيُؤْمِنُ عَبْدٌ حَتَّى يُحِبَّ ِلأَخِيْهِ مَا يُحِبُّ لِنَفْسِهِ
"Demi Dzat yang diriku
berada di tangan-Nya, seorang hamba tidak beriman (yang sempurna) sehingga ia
mencintai untuk saudaranya sesuatu yang ia mencintai untuk dirinya sendiri dari
kebaikan”. (Shahih al-Jami' no.7085)
Al-Karmani memberikan komentar
dengan katanya, : “Dan termasuk iman pula, bahwa ia membenci untuk saudaranya
keburukan yang dibencinya untuk dirinya, dan beliau tidak menyebutkannya,
karena mencintai sesuatu memberikan konsekuensi membenci lawannya, lalu
beliau tidak menyebutkan hal itu karena
sudah cukup”. (Fath al-Bari 1/58. saat mensyarahkan hadits ke 13 dari kitab
al-Iman bab ke-tujuh)
An-Nawawi rahimahullah mendefinisikan mahabbah bahwa ia adalah
kecenderungan kepada sesuatu yang sesuai orang yang mencintai (Fath al-Bari
1/58). Dan Ibnu Hajar rahimahullah menambahkan : “Maksud kecenderungan
di sini adalah ikhtiyari (yang diusahakan), bukan alami, dan mahabbah
adalah keinginan apa yang diyakininya sebagai kebaikan”. (Fath al-Bari 1/58)
Dan keinginan atas mahabbah dan
persaudaraan, mendorong seseorang seperti Abu Hurairah untuk mendapat doa dari
Rasulullah untuk dirinya dan ibunya
dengan mahabbah yang beredar bersama orang-orang yang beriman, maka
Rasulullah mendoakan untuknya:
اَللّهُمَّ حَبِّبْ عُبَيْدَكَ هذَا
وَأُمَّهُ إِلَى عِبَادِكَ الْمُؤْمِنِيْنَ, وَحَبِّبْ إِلَيْهِمْ
الْمُؤْمِنِيْنَ...
"Ya Allah, cintakanlah
hamba-Mu ini dan ibunya kepada hamba-hamba-Mu yang beriman, dan cintakanlah
kepada mereka orang-orang yang beriman". (Shahih Muslim, kitab
keutamaan para sahabat, bab 35, hadits no. 158)
Dan dasar dalam cinta dan benci bahwa
ia adalah untuk sesuatu yang dicintai Allah atau dibenci-Nya. Allah mencintai
(menyukai) orang-orang yang bertaubat dan bersuci, orang-orang yang berbuat
baik dan bertaqwa, orang-orang yang sabar dan bertawakkal, orang-orang yang
berbuat adil, dan orang-orang yang berjuang di jalan-Nya secara berbaris, dan
tidak menyukai orang-orang zhalim, melewati batas, israf
(berlebih-lebihan), berbuat kerusakan, berkhianat, dan orang-orang yang
sombong.
Sebagaimana dasar dalam cinta bahwa ia berlaku umum untuk semua orang-orang
yang beriman, bervariasi mengikuti keshalihan mereka. Maka kita tidak bisa
menegakkan permusuhan bagi orang yang terjatuh dalam perbuatan maksiat yang dia
telah bertaubat darinya, atau telah dilaksanakan hukuman had padanya, dan
sekalipun ia berbuat maksiat, ia tetap dalam lingkungan Islam. Rasulullah melarang mencela sahabat yang dilaksanakan
hukuman cambuk beberapa kali karena meminum arak, beliau bersabda:
لاَ تَلْعَنُوْهُ فَوَاللهِ, مَا
عَلِمْتُ أَنَّهُ يُحِبُّ اللهَ وَرَسُوْلَهُ
"Janganlah kamu mengutuknya,
demi Allah, aku tidak mengetahui, sesungguhnya ia mencintai Allah dan Rasul-Nya”.
(Shahih al-Bukhari, kitab al-Hudud, bab ke-lima, hadits no. 6780)
Ibnu Hajar rahimahullah
mengambil kesimpulan dari hadits tersebut : Bahwa tidak ada kontradiksi di
antara melakukan yang dilarang dan tetapnya rasa cinta kepada Allah dan
rasul-Nya di dalam hati pelaku. Dan sesungguhnya orang yang berulang kali
melakukan maksiat, rasa cinta kepada Allah dan Rasul-Nya tidak dicabut darinya.
(Fath al-Bari 12/78, Syarh hadits 6780)
Dalam hadits yang lain, sebagian sahabat berdo’a atas orang yang mabuk agar
Allah menghinakannya, maka Nabi bersabda
dengan rasa cinta dan persaudaraan:
لاَ تَكُوْنُوْا عَوْنَ الشَّيْطَانِ
عَلَى أَخِيْكُمْ
"Janganlah kamu menjadi
pembantu syetan atas saudaramu”. (Shahih al-Bukhari, Kitab al-Hudud, bab
ke-Lima, no. 6781)
Agar memalingkan pandangan mereka
untuk memohonkan ampunan baginya dan memberikan nasehat kepadanya, sebagai
pengganti mendo’akan celaka atasnya yang membuat syetan menjadi senang dan
bertambah kuat.
Dalam sebuat atsar disebutkan: sesungguhnya Abu ad-Darda` melewati seorang
laki-laki yang telah melakukan dosa, maka mereka mencelanya, maka ia berkata :
“Bagaimana pendapatnya jika kamu menemukannya di dalam lobang, apakah kamu
mengeluarkannya?”. Mereka menjawab : “Tentu”. Ia berkata : “Maka janganlah kamu
mencela saudaramu, dan pujilah Allah yang telah menyelamatmu (dari perbuatan dosa
itu)”. Mereka bertanya : “Apakah engkau tidak membencinya?”. Ia menjawab :
“Sesungguhnya aku membenci perbuatannya. Maka apabila ia telah meninggalkannya,
maka ia adalah saudaraku”. (Tetang kehidupan sahabat 3/413)
Sudah berapa banyak ikat persaudaraan
yang terputus. Berapa banyak hati yang ditikam permusuhan dan kebencian karena
ijtihad yang salah. Padahal persoalannya luas untuk menjaga kasih sayang dan
persaudaraan bersama orang yang terjerumus dalam perbuatan maksiat. Maka
bagaimana dengan saudara-saudara yang terpeleset dalam pendapat atau
tergelincir dalam ijtihad? Karena sumber persaudaraan dan cinta masih tetap
ada, yaitu memuliakan aqidah iman yang dibawanya dan kalimah tauhid yang
mengajak kepadanya.
Sesungguhnya Allah menjadikan cinta dan benci karena Allah sebagai ikatan Islam
yang paling kuat. Dan dalam satu riwayat:
أَوْثَقُ عُرَى اْلإِيْمَانِ:
اَلْمُوَالاَةُ فِى اللهِ وَالْمُعَادَاةُ فِى اللهِ, وَالْحُبُّ فِى اللهِ
وَاْلبُغْضُ فِى اللهِ عَزَّ وَجَلَّ.
"Ikatan iman yang paling
kuat adalah: loyalitas karena Allah dan saling memusuhi karena Allah, cinta
karena Allah dan benci karena Allah”. (Shahih al-Jami' 2539)
Sesungguhnya iman tidak sempurna kecuali dengan kebenaran perasaan ini dan
mengikhlaskan ikatan ini:
مَنْ أَحَبَّ فِى اللهِ وَأَبْغَضَ
فِى اللهِ وَأَعْطَى ِللهِ وَمَنَعَ ِللهِ فَقَدْ اسْتَكْمَلَ اْلإِبْمَانَ
"Barangsiapa yang mencintai
karena Allah, membenci karena Allah, memberi karena Allah, dan tidak memberi
karena Allah, berarti ia telah menyempurnakan iman”. (Shahih al-Jami' no
5965)
Dan barangsiapa yang ingin merasakan kenikmatan mujahadah terhadap syetan dan
manisnya bersih dari hawa nafsu serta keagungan sikap loyalitas kepada Allah,
Rasul-Nya dan orang-orang yang beriman, maka inilah jalannya :
ثَلاَثٌ مَنْ كُنَّ فِيْهِ وَجَدَ
حَلاَوَةَ اْلإِيْمَانِ: أَنْ يَكُوْنَ اللهُ وَرَسُوْلُهُ أَحَبَّ إِلَيْهِ
مِمَّا سِوَاهُمَا, وَأَنْ يُحِبَّ الْمَرْءَ لاَ يُحِبُّهُ إِلاَّ ِللهِ, وَأَنْ
يَكْرَهَ أَنْ يَعُوْدَ فِى الْكُفْرِ –بَعْدَ أَنْ أَنْقَذَهُ اللهُ مِنْهُ-
كَمَا يَكْرَهُ أَنْ يُنْقَذَ فِى النَّارِ
"Ada tiga perkara,
barangsiapa yang ada padanya, niscaya ia mendapatkan manisnya iman: bahwa Allah
dan rasul-Nya lebih dicintai kepadanya dari pada selain keduanya, bahwa ia
mencintai seseorang, ia tidak mencintainya kecuali karena Allah, dan bahwa ia
benci kembali dalam kekafiran –setelah Allah menyelamatkannya darinya-
sebagaimana ia benci dijermuskan di neraka”. (HR. al-Bukhari, Muslim,
at-Tirmidzi, an-Nasa`I (Jami' al-Ushul 1/237 no.20)
Dan Rasulullah menjadikan kelebihan di antara dua orang yang
bersaudara yang saling mencintai, dengan sejauh kecintaan setiap orang dari
keduanya terhadap saudaranya:
مَا تَحَابَّ اثْنَانِ فِى اللهِ
تَعَالَى إِلاَّ كَانَ أَفْضَلُهُمَا أَشَدّهُمَا حُبًّا لِصَاحِبِهِ.
"Tidak saling mencintai di
antara dua orang karena Allah, melainkan yang paling utama di antara keduanya
adalah yang paling mencintai terhadap saudaranya”. (Shahih al-Jami' no. 5594)
Dan jika pada suatu hari syetan
menyusup di antara keduanya, maka hendaklah keduanya melakukan introfeksi
terhadap hatinya masing-masing, berdasarkan sabda Nabi :
مَا تَوَادَّ اثْنَانِ فِى اللهِ
فَيُفَرَّقُ بَيْنَهُمَا إِلاّ بِذَنْبٍ يُحْدِثُهُ أَحَدُهُمَا
"Tidaklah dua orang saling
mencintai karena Allah, lalu dipisahkan di antara keduanya, melainkan karena
dosa yang dilakukan salah seorang dari keduanya”. (Shahih al-Jami' no.
5603)
Dan untuk mendorong cinta kepada Allah, Dia memberi kabar gembira dengan
memuliakan mereka saat huru hara di hari kiamat dan hisab, dengan memberikan
naungan kepada mereka di bawah naungan arsy, dan termasuk tujuh golongan yang
diberikan keistimewaan dengan keutamaan ini, seperti yang tersebut dalam
hadits:
... وَرَجُلاَنِ تَحَابَّا فِى اللهِ,
فَاجْتَمَعَا عَلَيْهِ وَافْتَرَقَا عَلَيْهِ...
"… dan dua orang yang saling
mencintai karena Allah, maka keduanya berkumpul atas hal itu dan berpisah
karenanya…”. (HR. al-Bukhari, Muslim, at-Tirmidzi, an-Nasa`i, dan Malik
(Jami' al-Ushul 9/564. no. 7317)
Dan supaya masyarakat muslim saling tolong menolong di atas kebaikan dan
menanam nilai-nilai kebajikan, banyak sekali hadits-hadits yang mendorong agar
memberitahukan saudara yang mempunyai kedudukan khusus dalam dirinya, dan cinta
yang berbeda di atas persaudaraan secara umum bagi semua orang-orang yang
beriman –bahwa engkau mencintainya, di antara hal itu adalah sabda Rasulullah :
إِذَا أَحَبَّ أَحَدُكُمْ صَاحِبَهُ
فَلْيَأْتِهِ فِى مَنْزِلِهِ فَلْيُخْبِرْهُ أَنَّهُ يُحِبُّهُ ِللهِ.
"Apabila salah seorang
darimu mencintai saudaranya, maka hendaklah ia mendatanginya di rumahnya, lalu
mengabarkan kepadanya bahwa sesungguhnya ia mencintainya karena Allah“.
(Shahih al-Jami' no. 281)
Dan di antara kebenaran persaudaraan dan murninya rasa cinta, bahwa engkau
menghitung seperti perhitungan saudaramu dalam menarik manfaat untuk dirimu
atau menolak bahaya darimu. Dan dalam wasiat Rasulullah kepada Abu Hurairah :
وَأَحِبَّ لِلْمُسْلِمِيْنَ
وَالْمُؤْمِنِيْنَ مَا تُحِبُّ لِنَفْسِكَ وَأَهْلِ بَيْتِكَ وَأَكْرِهْ لَهُمْ
مَا تَكْرَهُ لِنَفْسِكَ وَأَهْلِ بَيْتِكَ, تَكُنْ مُؤْمِنًا ...
"Dan cintailah untuk kaum
muslimin dan mukminin apa saja yang engkau cintai untuk dirimu dan keluargamu,
dan bencilah untuk mereka apa-apa yang engkau benci untuk dirimu dan
keluargamu, niscaya engkau menjadi beriman…". (Shahih al-Jami'
no. 7833)
Dan diantara cara mengungkapkan kebenaran rasa persaudaraan dan hakekat kasih
sayang, sesuatu yang engkau berikan untuk saudaramu berupa do’a-do’a yang baik,
di tempat ia tidak mendengar dan tidak melihatmu. Di tempat yang tidak ada
campuran perasaan riya dan berpura-pura, seperti dalam sabda Nabi :
دَعْوَةُ الْمَرْءِ الْمُسْلِمِ
بِظَهْرِ الْغَيْبِ مُسْتَجَابَةٌ, عِنْدَ رَأْسِهِ مَلَكٌ مُوَكَّلٌ.
كُلَّمَا دَعَا ِلأَخِيْهِ بِخَيْرٍ قَالَ اْلمَلَكُ الْمُوَكَّلُ بِهِ: آمِيْنَ
وَلَكَ مِثْل.
"Doa seorang muslim untuk
saudaranya dari belakang dikabulkan. Di sisi kepalanya ada malaikat yang
ditugaskan, setiap kali ia berdoa untuk saudaranya dengan kebaikan, malaikat
yang ditugaskan dengannya berkata: Amin, dan untukmu semisalnya”. (Shahih
Muslim, kitab Zikr, bab 23, hadits no. 88)
An-Nawawi rahimahullah
berkata : “Sebagian salafus shalih, apabila ingin berdoa untuk dirinya, ia
berdoa untuk saudaranya yang muslim dengan doa tersebut, karena doa itu dikabulkan
dan ia memperoleh hal serupa untuk dirinya sendiri”.
Dan untuk persaudaraan, ada hak-haknya di dunia, berupa mendoakan yang bersin
(apabila membaca hamdalah), mengunjungi yang sakit, memenuhi undangan,
memberikan penghormatan, dan mengiringi jenazah.
Sebagaimana syari'at mengharamkan saling tidak bertegur sapa lebih dari tiga
hari, dan tidak diangkat amal keduanya sampai keduanya berdamai, dan Allah
tidak menjadikan ikatan persaudaraan bagi orang-orang beriman selain persaudaraan
Islam. Dan Nabi telah memberikan isyarat
bahwa jikalau ia menjadikan untuk dirinya seorang kekasih, niscaya ia adalah
Abu Bakar , akan tetapi beliau lebih mengutamakan persaudaraan Islam. Maka
beliau bersabda:
وَلكِنْ أُخُوَّةُ اْلإِسْلاَمِ
أَفْضَلُ
"Akan tetapi persaudaraan
Islam lebih utama”. (Dari beberapa riwayat al-Bukhari (Jami' al-Ushul 8/589
no. 6408)
Apakah kita lebih mengutamakan fanatisme jahiliyah di atas
persaudaraan Islam?
Ikatan persaudaraan ini tetap berlangsung hingga ke negeri akhirat, di mana
sebagian penghuni surga tidak melihat saudara mereka yang bersama mereka semasa
di dunia. Maka mereka bertanya kepada Rabb tentang saudara-saudara mereka.
Nabi menggambarkan keadaan tersebut dengan
sabdanya:
فَمَا مُجَادَلَةُ أَحَدِكُمْ
لِصَاحِبِهِ فِى الْحَقِّ يَكُوْنُ لَهُ فِى الدُّنْيَا أَشَدَّ مُجَادَلَةً مِنَ
الْمُؤْمِنِيْنَ لِرَبِّهِمْ فِى إِخْوَانِهِمِ الَّذِيْنَ أُدْخِلُوْا النَّارَ.
قاَلَ: يَقُوْلُوْنَ: رَبَّنَا! إِخْوَانُنَا كَانُوا يُصَلُّوْنَ مَعَنَا
وَيَصُوْمُوْنَ مَعَنَا وَيَحُجُّوْنَ مَعَنَا فَأَدْخَلْتَهُمُ النَّارَ.
فَقَالَ: اذْهَبُوْا فَأَخْرِجُوْا مَنْ عَرَفْتَهُمْ مِنْهُمْ...
"Tidak ada perdebatan
seseorang kamu bagi sahabatnya dalam kebenaran yang ada di dunia yang lebih
kuat dari pada perdebatan orang-orang beriman kepada Rabb mereka tentang
saudara-saudara mereka yang dimasukkan ke dalam neraka. Dia berfirman : 'Mereka
berkata, 'Rabb kami, saudara-saudara mereka shalat bersama kami, puasa bersama
kami, berhaji bersama kami, lalu Engkau masukkan mereka ke dalam neraka.' Maka
Dia berfirman, 'Pergilah, lalu keluarkanlah orang yang kamu kenal dari mereka…".
(Shahih Sunan Ibnu Majah karya Syaikh al-Albani, al-Muqaddimah, bab ke-9,
hadits no. 51)
Lalu mereka mengeluarkan mereka (orang beriman yang berada di dalam neraka).
Kemudian Dia memberi ijin bagi mereka, maka mereka mengeluarkan orang yang di
hatinya ada iman seberat biji sawi. Sesungguhnya persaudaraan yang memiliki
kedudukan seperti ini di sisi Allah, dan sesungguhnya kecintaan yang mempunyai
keutamaan seperti itu di dunia dan akhirat sudah seharusnya ditekuni,
disempurnakan hak-haknya, dan meminta tambahan darinya :
يَقُولُونَ رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا
وَلإِخْوَانِنَا الَّذِينَ سَبَقُونَا بِاْلإِيمَانِ وَلاَتَجْعَلْ فِي قُلُوبِنَا
غِلاًّ لِّلَّذِينَ ءَامَنُوا رَبَّنَآ إِنَّكَ رَءُوفٌ رَّحِيمٌ
"Ya Rabb kami, beri ampunlah
kami dan saudara-saudara kami yang telah beriman lebih dahulu dari kami, dan
janganlah Engkau membiarkan kedengkian dalam hati kami terhadap orang-orang
yang beriman Ya Rabb kami, sesungguhnya Engkau Maha Penyantun lagi Maha
Penyanyang". (QS.
Al-Hasyr:10)
BAB III
SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Hakekat persaudaraan dalam islam adalah saling
memperhatikan, dalam artian saling memahami, saling mengerti, saling membantu,
dan membela terhadap sesama sebagaimana ditegaskan dalam hadis Rasulullah Saw.
Diatas yang disabdakan karena adanya sahabat yang membantu dan membela
saudaranya yang diserang atau dianiaya oleh orang lain.
Dalam merintis terbentuknya sebuah negara di Madinah adalah
dengan mengawali menciptakan hubungan persaudaraan yang harmonis dan damai
antara komunitas Muhajirin (Penduduk Mekah yang hijrah ke Madinah) dengan komunitas
Anshar (penduduk Madinah). Lahirnya Piagam Madinah yang pada awalnya disebut
sebagai al-kitab (buku) dan ash-Shahifah (bundelan kertas), dan
dalam konteks modern dikenal sebagai ad-Dustur
(konstitusi), atau al-Watsiqah
(dokumen) yang memuat dua bagian.
Celupan persaudaraan mencakup dalam dua aspek: Pertama,
sikap atau perilaku yang positif; Kedua, perasaan atau mental yang
positif.
- Ikatan persaudaraan harus
berdasarkan iman dan mengharuskan hak-hak bagi seorang muslim.
- Persaudaraan
iman sudah seharusnya berada di atas persaudaraan nasab.
- Kriteria
(standar) persaudaraan adalah bahwa engkau menyukai kebaikan untuk saudaramu,
sebagaimana engkau menyukai untuk dirimu sendiri.
- Dasar
dalam cinta adalah:
1.
Memandang pada sesuatu yang dicintai
Allah.
2.
Berlaku umum bagi semua orang-orang
beriman.
3.
Mencintai orang yang beriman dan
membenci maksiatnya.
- Cinta
karena Allah adalah ikatan iman paling kuat.
- Orang
yang paling utama di antara dua orang yang saling mengasihi adalah yang paling
cinta di antara keduanya.
- Di
antara lorong-lorong syetan untuk memisahkan di antara dua orang yang saling
mengasihi:
1.
Dosa yang dilakukan oleh salah
seorang dari keduanya.
2.
masuknya perasaan cemburu.
- Di
antara keutamaan cinta karena Allah: berhak mendapat cinta-Nya dan aman di
bawah naungan arsy-Nya.
B. Saran
Berdasarkan Uraian latar belakang dan pembahasan diatas,
maka dari itu, penulis menyarankan kepada :
1.
Masyarakat, kita harus bisa saling membina hubungan persaudaraan antar sesama
muslim maupun non-muslim agar kita dapat hidup tentram secara berdampingan di
dunia yang sementara ini.
2. Para Pembaca,
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca, walaupun masih banyak
terdapat kekeliruan dalam penulisan makalah ini. Oleh karena itu, penulis
mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari para pembaca untuk perbaikan
dan kesempurnaan penyusunan makalah yang selanjutnya. Atas saran dan kritiknya
yang membangun, penulis ucapkan terima kasih.
assalamu'alaikum wr wb...
BalasHapusperkenalkan nama saya Abdul Hasim, mempunyai seorang istri dan 3 orang anak
sebelumnya saya mohon maaf jika komentar yang saya berikan tidak ada hubungannya dengan tulisan saudara, karena disini saya hanya ingin mohon bantuan keikhlasan hati saudara untuk membantu saya yang saat ini sedang dalam kesulitan.
adapun kesulitan yang saya alami yaitu saat ini saya sedang terlilit hutang yang harus segera saya bayar, baik itu ke bank, rentenir, kawan dan saudara.
berawal dari niat ingin membuka peluang usaha maka saya dan istri mengajukan pinjaman ke bank BRI 100juta, setelah pinjaman kami dapatkan maka kami pun mulai usaha jualan kelontongan dirumah, awalnya semua berjalan normal dan tidak ada masalah, karena masih bisa dibantu dengan hasil saya bekerja sebagai karyawan diperusahaan, tetapi tidak disangka dan tidak kami duga, perusahaan tempat saya bekerja harus mengurangi karyawan karena prospek bisnis perusahaan kurang bagus, dan akhirnya saya menganggur, kurang lebih 2 tahun saya menganggur tanpa ada penghasilan, sementara pinjaman bank harus terus dibayar setiap bulan, dan biaya kehidupan sehari-hari juga harus saya penuhi apa lagi dengan 3 anak yang masih kecil-kecil, akhirnya modal jualan pun habis terpakai untuk membayar pinjaman dan biaya hidup, modal jualan habis sementara pinjaman belum lunas, akhirnya saya dan istri menggadaikan perhiasan, termasuk cincin kawin, belum juga mendapat pekerjaan akhirnya kendaraan juga ikut tergadai, dan seterusnya akhirnya pinjam kesaudara yang bisa membantu.
sekarang saya sudah mendapatkan pekerjaan, yang berpenghasilan 5juta pebulan, dan kalau hanya untuk membayar hutang bank setiap bulannya saya sanggup dan bahkan ada yang bisa saya tabung untuk masa depan, tetapi yang jadi permasalah adalah, uang rentenir dan uang pegadaian yang sangat memberatkan saya, bahkan terkadang istri saya harus menangis tiap hari karena didatangi para penagih, saya tidak tega jika menerima telepon dari istri saya yang selalu enangis karena saya juga bekerja jauh dari anak dan istri saya.
sebenarnya saya dan istri punya pemikiran ingin menjual rumah tempat kami tinggal, tetapi kebetulan rumah yang kami tempati juga kami dirikan sekolah untuk Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), yang juga awal pendirian sekolah tersebut dari uang pribadi kami, dan kepada anak didik kami tidak kami pungut bayaran, karena awal pendirian sekolah kami berniat ingin membantu warga yang ada disekitar kami yang sebagian besar pekerjaannya hanyalah petani biasa, dengan alasan itulah saya dan istri tidak menjual rumah walau keadaan kami sesulit apapun, karena kalau kami tetap menjual rumah bagaimana dengan nasib anak didik kami, apakah mereka kembali tidak mendapatkan pendidikan dimana setiap hari hanya ikut orang tua berkebun.
untuk itu saya dan istri mohon sekiranya saudara dapat membantu saya melalu cobaan ini.
saya dapat dihubungi di no.081346588712
no rek BRI 450801004741531 an.KARTINA (istri saya)
semoga Allah membalas kebaikan saudara
Wassalam
Abdul Hasim