A.
Penyusuan Rasulullah SAW, Wanita Yang Menyusui Beliau, dan Suaminya
Ibnu Ishaq berkata, “Rasulullah SAW disusui wanita dari
Sa’ad bin Bakr yang bernama Halimah binti Abu Dzuaib. Abu Dzuaib adalah
Abdullah bin Al-Harts bin Synijnah bin Jabir bin Rizam bin Nashirah bin
Fushaiyyah bin Nashr bin Sa’ad bin Bakr bin Hawzin bin Mansur bin Ikrimah bin
Khashafah bin Qais bin Ailan. Nama ayah susuan Rasulullah SAWadalah Al-Harts
bin Abdul Uzza bin Rifa’ah bin Mallan bin Nashirah bin Fushaiyyah bin Nashr bin
Sa’ad bin Bakr bin Hawzzin[1].
Ibnu
Hisyam berkata, “Ada yang mengatakan Hilal adalah anak Nashirah.”
B.
Saudara-saudara
Sesusuan Rasulullah SAW
Ibnu
Ishaq berkata, “ Saudara-saudara sesusuan Rasulullah SAW adalah Abdullah bin
Al-Harts, Unaisah binti Al-Harts, Khidzamah binti Al-Harts yang tak lain adalah
Asy-syaimah’. Khidzamah tidak dikenal di kaumnya kecuali dengan nama
Asy-Syaima’. Ibu mereka adalah Halimah binti Abu Dzuaib Abdullah bin Al-Harts,
ibunda Rasulullah SAW. Ada yang mengatakan, Asy-Syaima’ ikut mengasuh
Rasulullah SAW bersama ibunya ketika beliau tinggal bersama mereka.
C.
Halimah
As-Sa’diyyah bercerita bagaimana dia mengambil Rasulullah SAW.
Ibnu
Ishaq berkata bahwa Jahm, mantan budak Al-Harts bin Hathib Al-Jumahi berkata
kepadaku dari Abdullah bin Ja’far bin Abu Thalib dari seseorang yang berkata
kepadanya, Halimah bin Abu Dzuaib As-Sa’diyyah, ibunda Rasulullah SAW yang
menyusui beliau berkisah, ia bersama suaminya meninggalkan negerinya dengan
membawa seorang anak kecil yang sedang disusuinya bersama rombongan
wanita-wanita Bani Sa’ad bin Bakr guna mencari anak-anak untuk disusuinya.
Halimah
As-Sa’diyyah berkata, “Tahun tersebut adalah tahun kering dan tidak ada sedikit
pun tersisa untuk kami. Kemudian kami berangkat dengan mengendarai keledaiku
yan berwarna putih dan unta tua yang tidak menghasilkan susu setetes pun. Kami
semua tidak bisa tidur pada malam hari karena anak-anak kecil yang ikut bersama
kami menangis karena lapar, air susu tidak mengenyangkannya, dan unta tua kami
tidak mempunyai susu yang mengenyangkannya. Namun kami tetap mengharap mendapat
pertolongan dan jalan keluar. Aku berangkat dengan mengendari keledai. Sungguh
aku lama sekali dalam perjalanan hingga semaki menambah kelaparan dan kelelahan
mereka. Itulash ysng terjasdi hingga kami tiba di Mekkah kemudian mencari
anak-anak yang bisa kami susui. Setiap wanita dari kami pernah ditawari
menyusui Rasulullah SAW, namun semua menolak sebab diberitahu bahwa beliau
adalah anak yatim, sedang kami mengharap imbalan yang banyak dari ayah si anak.
Semua dari kami berkata, “Anak yatim? “ Apa yang bisa dikerjakan ibunya dan
kakeknya?
Kami tidak mau mengambilnya karena sebab tersebut. Setiap
wanita telah mendapat anak susuan kecuali aku. Ketika kami sepakat untuk
pilang, aku berkata kepada suamiku, “Demi Allah, aku tidak sudi pulang bersama
teman-temanku tanpa membawa anak yang bisa aku susui. Demi Allah, aku akan
pergi kepada anak yatim tersebut dan mengambilnya. Suami ku berkata, “engkau
tidak salah kalau mau melakukannya, mudah-mudahan Allah memberi keberkahan
kepada kita dengan anak yatim tersebut[2].
Kemudian
aku pergi kepada anak yatim tersebut untuk mengambilnya. Demi Allah, aku
mengambilnya karena tidak mendapat anak lain. Setelah mengambilnya, aku kembali
ketempat istirahatku, ketika aku meletakkan diatas pangkuanku dan memberikan
kedua susu ku kepadanya, ia menetek hingga kenyang. Saudaranya juga menetek
hingga kenyang. Usai keduanya menetek, keduanya tidur, padahal sebelumnya kami
tidak bisa tidur. Sedang suamiku, ia pergi ke unta tua milik kami, ternyata air
susu unta tua tersebut penuh. Kami pun memerahnya, meminumnya dan aku
meminumnya hingga kenyang.. kami menghabiskan malam dengan indah. Esoknya,
sahabat-sahabtku berkatakepadaku “Demi Allah, ketahulah wahai Halimah, sungguh
engkau telah m,endapatkan anak yang penuh berkah”. Aku berkata “Demi Allah, aku
juga berharap demikian”. Kemudian kami pulang dengan mengendarai keledaiku dan
membawa Muhammad. Demi Allah, aku mampu meninggalkan rombonganku dan tidak
satupun keledai mereka sanggup menyusulku, hingga wanita-wanita tersebut
berkata kepadaku “Hai putri Abu Dzuaib, celakalah engkau, berjalanlah
pelan-pelan, bukankah keledai ini yang engkau bawa dari negerimu?
Aku katakan kepada wanita-wanita tersebut “Ya betul, demi
Allah keledai inilah yang aku bawa dari negeriku.” Mereka berkata, “Demi Allah,
keledai ini terasa beda dengan keledai-keledai yang lain.”
Kemudian
kami tiba di negeri kami, Bani Sa’ad. Saya tidak mengetahui bumi Allah yang
lebih kering dari negeri Bani Sa’ad. Ketika aku tiba di negeriku membawa
Muhammad, kambingku datang kepadaku dalam keadaan kenyang dan susunya penuh.
Kemudian kami memerahnya dan meminumnya, dan pada saat yang sama orang lain
tidak dapat memerah susu setetespun dari kambing mereka. “Celakalah kalian,
gembalakan kambing-kambing kalian ketempat pengembalaan kambing putri Abu
Dzuaib mengembalakan kambingnya.”
Pada sore hari, kambing-kambing mereka pulang dalam
keadaan lapar dan tidak mengeluarkan susu setetes pun, sedang kambingku pulang dalam keadaan kenyang dan air susunya
yang banyak. Kami terus mendapatkan nikmat dan kebaikan dari Allah hingga
berjalan dua tahun. Ketika Muhammad berusia dua tahun, aku menyapihnya. Ia
tumbuh menjadi anak muda yang berbeda dengan anak-anak pada umumnya. Usianya
belum genap dua tahun tapi dia telah menjadi anak yang tegap.
D.
Halimah As-Sa’diyyah
kembali ke Makkah
Halimah As-Sa’diyyah berkata, “Kemudian kami membawa
Muhammad kepada ibunya, padahal kami lebih senang ia tinggal bersama kami,
karena kami melihat keberkahan padanya. Aku katakan kepada ibunya, “Bagaimana
kalau anakmu tetap tinggal bersama kami, hingga dia kuat, karena aku takut ia
terkena wabah penyakit Makkah? Kami berada di Makkah hingga ibunya
mengembalikannya kepada kami, kemudian kami pulang bersamanya.
E.
Pembedahan Dada
Nabi Ketika Beliau Masih Kecil[3]
Halimah
As-Sa’diyyah berkata, “Demi Allah, sebulan setelah kedatangan kami, ia bersama
saudaranya mengembala kambing milik kami di belakang rumah, tiba-tiba saudarnya
datang kepada kami dengan berlari. Saudaranya berkata kepadaku dan kepada
ayahnya, “Saudaraku dari Quraisy diambil dua orang berpakaian putih, kemudia
keduanya membaringkannya, membelah perutnya dan mencambuknya.”
Aku dan ayahnya segera keluar mencarinya. Kami
mendapatinya berdiri dengan wajah yang pucat. Kami tanyakan kepadanya, “Apa
yang terjadi denganmu, anakku?
Muhammad menjawab, “Dua orang berpakaian putih datang
kepadaku, kemudian keduanya membaringkanku, membelah perutku, dan mencari di
dalam perutku sesuatu yang tidak aku ketahui”. Kemudian kami pulang kerumah
kami, ayahnya berkata kepadaku, “ Hai Halimah, aku khawatir anak ini sakit!
Oleh karena itu, antarkan anak ini kepada keluarganya sebelum sakitnya
terlihat.”
F.
Halimah
As-Sa’diyyah mengembalika Rasulullah SAW kepada Ibunya.
Halimah
As-Sa’diyyah berkata, “Kemudian kami mengendong Muhammad dan menyerahkannya
kepada ibunya. Ibunya berkata, “Kenapa engkau mengantarkannya kepadaku, wahai
ibu susuan, padahal sebelumnya engkau meminta ia tinggal denganmu?
Aku menjawab, “Ya, Allah telah membesarkan anakku, dan
aku sudah menyelesaikan apa yang menjadi tugasku, dan aku takut karena banyak
kejadia terjadi padanya, jadi aku kembalikan kepadamu seperti yang engkau
inginkan”.
Ibunya berkata, “Ada apa dengan mu? Berkatalah dengan
benar kepadaku. Ibunya tidak membiarkanku begitu saja melainkan aku harus
bercerita kepadanya. Ibunya berkata, “Sesungguhnya anakku akan menjadi orang
besar di kemudian hari, maukah engkau cerita perihal dia? Aku berkata, Ya, mau.
Ibunya berkata, “ketika aku mengandungnya, aku melihat sinar keluar dari
perutku kemudian karena sinar-sinar tersebut aku bisa melihat istana-istana
Busra, daerah Syam menjadi bercahaya. Demi Allah, aku belum pernah melihat
kandungan yang lebih ringan dan lebih mudah dari dia. Ketika aku melahirkannya,
ia meletakkan tangannya di tanah dan kepalanya menghadap ke langit. Biarkan dia
bersamamu, dan pulanglah dengan tenang.
G.
Rasulullah SAW
bercerita tentang dirinya
Ibnu
Ishaq berkata, bahwa Tsaur bin Yazid berkata kepadaku dari sebagian orang
berilmu dan aku kira dari Khalid bin Ma’dan dan Al-Kalaiyyu, bahwa beberapa
sahabat berkata kepada Rasulullah SAW.[4]
“Ceritakan
kepada kami tentang dirimu, wahai Rasulullah SAW bersabda, “Ya, Aku adalah do’a
ayahku Ibrahim dan berita gembira saudaraku Isa bin Maryam. Ketika ibuku
menganmdungku, ia melihat sinar keluar dari perutnya dan karena sinar tersebut
istana-istana Syam menjadi bercahaya. Aku disusui di Bani Sa’ad bin Bakr,
ketika aku bersama saudaraku di belakang rumah sedang mengembala kambing,
tiba-tiba dua orang berpakaian putih datang kepadaku dengan membawa baskom dari
emas yang penuh berisi salju. Kedua orang tersebut mengambilku lalu membelah
perutku, mengeluarkan hatiku, membelahnya, mengeluarkan gumpalan hitam dari
hatiku dan membuangnya. Setelah itu, keduanya mencuci hatiku dan perutku dengan
salju yang telah dibersihkan. Salah seorang dari keduanya berkata kepada
sahabat satunya, “Timbanglah dia dengan sepuluh orang umatnya”. Dia menimbangku
dengan sepuluh orang umatku, ternyata aku lebih berat daripada mereka.
Orang pertama berkata lagi, “Timbanglah dia dengan seribu
orang dari umatnya”. Orang kedua menimbangku dengan seribu umatku, ternyata aku
lebih berat daripada mereka”.
Orang pertama berkata, “biarkan dia. Demi Allah,
seandainya engkau menimbangnya dengan seluruh umatnya, ia lebih berat daripada
mereka”.
H.
Semua Nabi
Mengembala Kambing
Ibnu
Ishaq berkata bahwa Rasulullah SAW bersabda :
مامنْ نبيٌ إالآوقدْرعىالْغنم.
قيل: وأنْت يارسوْل الله؟ قل: وأنما
“Tidak ada satu Nabi pun melainkan ia mengembala kambing.
“Ditanyakan kepada beliau, “Termasuk engkau, wahai Rasulullah? Rasulullah SAW
bersabda, “Ya termasuk aku”.
Ibnu
Ishaq berkata bahwa Rasulullah SAW pernah bersabda kepada sahabat-sahabatnya,
أناأعْربكمْ, أناقرثيٌ
واسْترْضعْت في نبي سعدبْن بكْر
“Aku adalah orang yang paling fasih di antara kalian.
Aku orang Quraisy dan aku disusui di Bani Sa’ad bin Bakr.”[5]
I.
Halimah
As-Sa’diyyah Kehilangan Rasulullah SAW.
Ibnu
Ishaq berkata bahwa banyak orang mengatakan dan hanya Allah yang lebih tahu,
ketika ibunda Rasulullah SAW, Halimah As-Sa’diyyah membawa Rasulullah SAW Ke
Mekkah, beliau menghilang di kerumunan manusia pada saat akan dikembalikan
kepada keluarganya. Halimah As-Sa’diyyah mencari-cari beliau, namun tidak
berhasil menemukannya. Halimah As-Sa’diyyah segera menemui Abdul Muthalib dan
berkata kepadanya, “Sungguh pada malam ini, aku datang dengan Muhammad, namun
ketika aku berada di Mekkah Atas, ia menghilang dariku. Demi Allah, aku tidak
tahu di mana dia berada.”
Kemudian Abdul Muthalib berdiri di samping Ka’bah dan
berdo’a kepada Allah agar mengembalikan Muhammad kepadanya. Ada yang mengetakan
Rasulullah SAW ditemukan Waraqah bin Naufal bin Asad dan seseorang dari
Quraisy, kemudian keduanya membawa beliau kepada Abdul Muthalib. Keduanya
berkata kepada Abdul Muthalib, “Inilah anakmu. Kami menemukannya di Mekkah
Atas”. Abdul Muthalib mengambil Rasulullah SAW kemudian meletakkan beliau di
pundaknya sambil Thawaf di Ka’bah.[6] Abdul Muthalib
mengembalikan beliau kepada ibunya Aminah binti Wahb.
J.
Sebab lain
Halimah As-Sa’diyyah Mengembalikan Rasulullah SAW.
Ibnu
Ishaq berkata bahwa sebagian orang berilmu berkata kepadaku, di antara sebab
lain yang mendorong ibu Rasulullah SAW kepada ibu kandungnya disamping sebab
yang telah dijelaskan Halimah As-Sa’diyyah kepada Aminah binti Wahb bahwa
beberapa orang Nasrani dari Habasyiah melihat Rasulullah SAW bersama Halimah
As-Sa’diyyah ketika ia mengembalikan beliau setelah disapih. Mereka memandangi
Rasulullah SAW dengan seksama, bertanya Halimah As-Sa’diyyah tentang beliau,
dan meninmang-nimand beliau. Mereka berkata, “Kami pasti merampas anak ini
kemudian membawanya kepada raja di negeri kami, karena kelak anak ini akan menjadi
orang besar, karena kami telah mengetahui seluk-beluk tentang dia.”
Orang yang berkata kepadaku mengatakan bahwa Halimah
As-Sa’diyyah nyaris tidak bisa meloloskan diri dari mereka.
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Malik bin Hisyam Al-Muafiri, Abu Muhammad, Sirah
Nabawiyah Ibnu Hisyam I,Jakarta : PT. Darul Falah, 2000.
Jauzi,Ibnul.,Al-Jwafa,Kesempurnaan Pribadi Nabi
Muhammad SAW,cet. 1,Jakarta: Pustaka Al-Kautsar,2006.
[1]Abu
Muhammad Abdul Malik bin Hisyam Al-Muafiri, Sirah Nabawiyah Ibnu Hisyam I,(Jakarta
: PT. Darul Falah,2000), h. 132
[2]Abu
Muhammad Abdul Malik bin Hisyam Al-Muafiri, Sirah Nabawiyah...h. 133.
[3]Ibnul
Jauzi, Al-Jwafa,Kesempurnaan Pribadi Nabi Muhammad SAW,cet.
1,(Jakarta: Pustaka Al-Kautsar,2006), h. 87
[4]Abu
Muhammad Abdul Malik bin Hisyam Al-Muafiri,Sirah Nabawiyah...h. 135.
[5]Abu
Muhammad Abdul Malik bin Hisyam Al-Muafiri, Sirah Nabawiyah...h. 136
[6]Abu Muhammad Abdul Malik bin Hisyam
Al-Muafiri, Sirah Nabawiyah....h. 137
Tidak ada komentar:
Posting Komentar