Senin, 07 Oktober 2013

RASULULLAH SAW DALAM ASUHAN HALIMAH AS-SA’DIYAH


A.    Penyusuan Rasulullah SAW, Wanita Yang Menyusui Beliau, dan Suaminya
                Ibnu Ishaq berkata, “Rasulullah SAW disusui wanita dari Sa’ad bin Bakr yang bernama Halimah binti Abu Dzuaib. Abu Dzuaib adalah Abdullah bin Al-Harts bin Synijnah bin Jabir bin Rizam bin Nashirah bin Fushaiyyah bin Nashr bin Sa’ad bin Bakr bin Hawzin bin Mansur bin Ikrimah bin Khashafah bin Qais bin Ailan. Nama ayah susuan Rasulullah SAWadalah Al-Harts bin Abdul Uzza bin Rifa’ah bin Mallan bin Nashirah bin Fushaiyyah bin Nashr bin Sa’ad bin Bakr bin Hawzzin[1].
                Ibnu Hisyam berkata, “Ada yang mengatakan Hilal adalah anak Nashirah.”


B.    Saudara-saudara Sesusuan Rasulullah SAW

                Ibnu Ishaq berkata, “ Saudara-saudara sesusuan Rasulullah SAW adalah Abdullah bin Al-Harts, Unaisah binti Al-Harts, Khidzamah binti Al-Harts yang tak lain adalah Asy-syaimah’. Khidzamah tidak dikenal di kaumnya kecuali dengan nama Asy-Syaima’. Ibu mereka adalah Halimah binti Abu Dzuaib Abdullah bin Al-Harts, ibunda Rasulullah SAW. Ada yang mengatakan, Asy-Syaima’ ikut mengasuh Rasulullah SAW bersama ibunya ketika beliau tinggal bersama mereka.

C.    Halimah As-Sa’diyyah bercerita bagaimana dia mengambil Rasulullah SAW.

                Ibnu Ishaq berkata bahwa Jahm, mantan budak Al-Harts bin Hathib Al-Jumahi berkata kepadaku dari Abdullah bin Ja’far bin Abu Thalib dari seseorang yang berkata kepadanya, Halimah bin Abu Dzuaib As-Sa’diyyah, ibunda Rasulullah SAW yang menyusui beliau berkisah, ia bersama suaminya meninggalkan negerinya dengan membawa seorang anak kecil yang sedang disusuinya bersama rombongan wanita-wanita Bani Sa’ad bin Bakr guna mencari anak-anak untuk disusuinya.
                Halimah As-Sa’diyyah berkata, “Tahun tersebut adalah tahun kering dan tidak ada sedikit pun tersisa untuk kami. Kemudian kami berangkat dengan mengendarai keledaiku yan berwarna putih dan unta tua yang tidak menghasilkan susu setetes pun. Kami semua tidak bisa tidur pada malam hari karena anak-anak kecil yang ikut bersama kami menangis karena lapar, air susu tidak mengenyangkannya, dan unta tua kami tidak mempunyai susu yang mengenyangkannya. Namun kami tetap mengharap mendapat pertolongan dan jalan keluar. Aku berangkat dengan mengendari keledai. Sungguh aku lama sekali dalam perjalanan hingga semaki menambah kelaparan dan kelelahan mereka. Itulash ysng terjasdi hingga kami tiba di Mekkah kemudian mencari anak-anak yang bisa kami susui. Setiap wanita dari kami pernah ditawari menyusui Rasulullah SAW, namun semua menolak sebab diberitahu bahwa beliau adalah anak yatim, sedang kami mengharap imbalan yang banyak dari ayah si anak. Semua dari kami berkata, “Anak yatim? “ Apa yang bisa dikerjakan ibunya dan kakeknya?
Kami tidak mau mengambilnya karena sebab tersebut. Setiap wanita telah mendapat anak susuan kecuali aku. Ketika kami sepakat untuk pilang, aku berkata kepada suamiku, “Demi Allah, aku tidak sudi pulang bersama teman-temanku tanpa membawa anak yang bisa aku susui. Demi Allah, aku akan pergi kepada anak yatim tersebut dan mengambilnya. Suami ku berkata, “engkau tidak salah kalau mau melakukannya, mudah-mudahan Allah memberi keberkahan kepada kita dengan anak yatim tersebut[2].
                Kemudian aku pergi kepada anak yatim tersebut untuk mengambilnya. Demi Allah, aku mengambilnya karena tidak mendapat anak lain. Setelah mengambilnya, aku kembali ketempat istirahatku, ketika aku meletakkan diatas pangkuanku dan memberikan kedua susu ku kepadanya, ia menetek hingga kenyang. Saudaranya juga menetek hingga kenyang. Usai keduanya menetek, keduanya tidur, padahal sebelumnya kami tidak bisa tidur. Sedang suamiku, ia pergi ke unta tua milik kami, ternyata air susu unta tua tersebut penuh. Kami pun memerahnya, meminumnya dan aku meminumnya hingga kenyang.. kami menghabiskan malam dengan indah. Esoknya, sahabat-sahabtku berkatakepadaku “Demi Allah, ketahulah wahai Halimah, sungguh engkau telah m,endapatkan anak yang penuh berkah”. Aku berkata “Demi Allah, aku juga berharap demikian”. Kemudian kami pulang dengan mengendarai keledaiku dan membawa Muhammad. Demi Allah, aku mampu meninggalkan rombonganku dan tidak satupun keledai mereka sanggup menyusulku, hingga wanita-wanita tersebut berkata kepadaku “Hai putri Abu Dzuaib, celakalah engkau, berjalanlah pelan-pelan, bukankah keledai ini yang engkau bawa dari negerimu?
Aku katakan kepada wanita-wanita tersebut “Ya betul, demi Allah keledai inilah yang aku bawa dari negeriku.” Mereka berkata, “Demi Allah, keledai ini terasa beda dengan keledai-keledai yang lain.”
                Kemudian kami tiba di negeri kami, Bani Sa’ad. Saya tidak mengetahui bumi Allah yang lebih kering dari negeri Bani Sa’ad. Ketika aku tiba di negeriku membawa Muhammad, kambingku datang kepadaku dalam keadaan kenyang dan susunya penuh. Kemudian kami memerahnya dan meminumnya, dan pada saat yang sama orang lain tidak dapat memerah susu setetespun dari kambing mereka. “Celakalah kalian, gembalakan kambing-kambing kalian ketempat pengembalaan kambing putri Abu Dzuaib mengembalakan kambingnya.”
Pada sore hari, kambing-kambing mereka pulang dalam keadaan lapar dan tidak mengeluarkan susu setetes pun, sedang kambingku  pulang dalam keadaan kenyang dan air susunya yang banyak. Kami terus mendapatkan nikmat dan kebaikan dari Allah hingga berjalan dua tahun. Ketika Muhammad berusia dua tahun, aku menyapihnya. Ia tumbuh menjadi anak muda yang berbeda dengan anak-anak pada umumnya. Usianya belum genap dua tahun tapi dia telah menjadi anak yang tegap.

D.    Halimah As-Sa’diyyah kembali ke Makkah

                Halimah As-Sa’diyyah berkata, “Kemudian kami membawa Muhammad kepada ibunya, padahal kami lebih senang ia tinggal bersama kami, karena kami melihat keberkahan padanya. Aku katakan kepada ibunya, “Bagaimana kalau anakmu tetap tinggal bersama kami, hingga dia kuat, karena aku takut ia terkena wabah penyakit Makkah? Kami berada di Makkah hingga ibunya mengembalikannya kepada kami, kemudian kami pulang bersamanya.

E.     Pembedahan Dada Nabi Ketika Beliau Masih Kecil[3]
                Halimah As-Sa’diyyah berkata, “Demi Allah, sebulan setelah kedatangan kami, ia bersama saudaranya mengembala kambing milik kami di belakang rumah, tiba-tiba saudarnya datang kepada kami dengan berlari. Saudaranya berkata kepadaku dan kepada ayahnya, “Saudaraku dari Quraisy diambil dua orang berpakaian putih, kemudia keduanya membaringkannya, membelah perutnya dan mencambuknya.”
Aku dan ayahnya segera keluar mencarinya. Kami mendapatinya berdiri dengan wajah yang pucat. Kami tanyakan kepadanya, “Apa yang terjadi denganmu, anakku?
Muhammad menjawab, “Dua orang berpakaian putih datang kepadaku, kemudian keduanya membaringkanku, membelah perutku, dan mencari di dalam perutku sesuatu yang tidak aku ketahui”. Kemudian kami pulang kerumah kami, ayahnya berkata kepadaku, “ Hai Halimah, aku khawatir anak ini sakit! Oleh karena itu, antarkan anak ini kepada keluarganya sebelum sakitnya terlihat.”

F.     Halimah As-Sa’diyyah mengembalika Rasulullah SAW kepada Ibunya.

                Halimah As-Sa’diyyah berkata, “Kemudian kami mengendong Muhammad dan menyerahkannya kepada ibunya. Ibunya berkata, “Kenapa engkau mengantarkannya kepadaku, wahai ibu susuan, padahal sebelumnya engkau meminta ia tinggal denganmu?
Aku menjawab, “Ya, Allah telah membesarkan anakku, dan aku sudah menyelesaikan apa yang menjadi tugasku, dan aku takut karena banyak kejadia terjadi padanya, jadi aku kembalikan kepadamu seperti yang engkau inginkan”.
Ibunya berkata, “Ada apa dengan mu? Berkatalah dengan benar kepadaku. Ibunya tidak membiarkanku begitu saja melainkan aku harus bercerita kepadanya. Ibunya berkata, “Sesungguhnya anakku akan menjadi orang besar di kemudian hari, maukah engkau cerita perihal dia? Aku berkata, Ya, mau. Ibunya berkata, “ketika aku mengandungnya, aku melihat sinar keluar dari perutku kemudian karena sinar-sinar tersebut aku bisa melihat istana-istana Busra, daerah Syam menjadi bercahaya. Demi Allah, aku belum pernah melihat kandungan yang lebih ringan dan lebih mudah dari dia. Ketika aku melahirkannya, ia meletakkan tangannya di tanah dan kepalanya menghadap ke langit. Biarkan dia bersamamu, dan pulanglah dengan tenang.






G.    Rasulullah SAW bercerita tentang dirinya
               
                Ibnu Ishaq berkata, bahwa Tsaur bin Yazid berkata kepadaku dari sebagian orang berilmu dan aku kira dari Khalid bin Ma’dan dan Al-Kalaiyyu, bahwa beberapa sahabat berkata kepada Rasulullah SAW.[4]
                “Ceritakan kepada kami tentang dirimu, wahai Rasulullah SAW bersabda, “Ya, Aku adalah do’a ayahku Ibrahim dan berita gembira saudaraku Isa bin Maryam. Ketika ibuku menganmdungku, ia melihat sinar keluar dari perutnya dan karena sinar tersebut istana-istana Syam menjadi bercahaya. Aku disusui di Bani Sa’ad bin Bakr, ketika aku bersama saudaraku di belakang rumah sedang mengembala kambing, tiba-tiba dua orang berpakaian putih datang kepadaku dengan membawa baskom dari emas yang penuh berisi salju. Kedua orang tersebut mengambilku lalu membelah perutku, mengeluarkan hatiku, membelahnya, mengeluarkan gumpalan hitam dari hatiku dan membuangnya. Setelah itu, keduanya mencuci hatiku dan perutku dengan salju yang telah dibersihkan. Salah seorang dari keduanya berkata kepada sahabat satunya, “Timbanglah dia dengan sepuluh orang umatnya”. Dia menimbangku dengan sepuluh orang umatku, ternyata aku lebih berat daripada mereka.
Orang pertama berkata lagi, “Timbanglah dia dengan seribu orang dari umatnya”. Orang kedua menimbangku dengan seribu umatku, ternyata aku lebih berat daripada mereka”.
Orang pertama berkata, “biarkan dia. Demi Allah, seandainya engkau menimbangnya dengan seluruh umatnya, ia lebih berat daripada mereka”.

H.    Semua Nabi Mengembala Kambing

                Ibnu Ishaq berkata bahwa Rasulullah SAW bersabda :

مامنْ نبيٌ إالآوقدْرعىالْغنم. قيل: وأنْت يارسوْل الله؟ قل: وأنما

“Tidak ada satu Nabi pun melainkan ia mengembala kambing. “Ditanyakan kepada beliau, “Termasuk engkau, wahai Rasulullah? Rasulullah SAW bersabda, “Ya termasuk aku”.

                Ibnu Ishaq berkata bahwa Rasulullah SAW pernah bersabda kepada sahabat-sahabatnya,

أناأعْربكمْ, أناقرثيٌ واسْترْضعْت في نبي سعدبْن بكْر

Aku adalah orang yang paling fasih di antara kalian. Aku orang Quraisy dan aku disusui di Bani Sa’ad bin Bakr.”[5]



I.       Halimah As-Sa’diyyah Kehilangan Rasulullah SAW.

                Ibnu Ishaq berkata bahwa banyak orang mengatakan dan hanya Allah yang lebih tahu, ketika ibunda Rasulullah SAW, Halimah As-Sa’diyyah membawa Rasulullah SAW Ke Mekkah, beliau menghilang di kerumunan manusia pada saat akan dikembalikan kepada keluarganya. Halimah As-Sa’diyyah mencari-cari beliau, namun tidak berhasil menemukannya. Halimah As-Sa’diyyah segera menemui Abdul Muthalib dan berkata kepadanya, “Sungguh pada malam ini, aku datang dengan Muhammad, namun ketika aku berada di Mekkah Atas, ia menghilang dariku. Demi Allah, aku tidak tahu di mana dia berada.”
Kemudian Abdul Muthalib berdiri di samping Ka’bah dan berdo’a kepada Allah agar mengembalikan Muhammad kepadanya. Ada yang mengetakan Rasulullah SAW ditemukan Waraqah bin Naufal bin Asad dan seseorang dari Quraisy, kemudian keduanya membawa beliau kepada Abdul Muthalib. Keduanya berkata kepada Abdul Muthalib, “Inilah anakmu. Kami menemukannya di Mekkah Atas”. Abdul Muthalib mengambil Rasulullah SAW kemudian meletakkan beliau di pundaknya sambil Thawaf di Ka’bah.[6] Abdul Muthalib mengembalikan beliau kepada ibunya Aminah binti Wahb.

J.     Sebab lain Halimah As-Sa’diyyah Mengembalikan Rasulullah SAW.
               
                Ibnu Ishaq berkata bahwa sebagian orang berilmu berkata kepadaku, di antara sebab lain yang mendorong ibu Rasulullah SAW kepada ibu kandungnya disamping sebab yang telah dijelaskan Halimah As-Sa’diyyah kepada Aminah binti Wahb bahwa beberapa orang Nasrani dari Habasyiah melihat Rasulullah SAW bersama Halimah As-Sa’diyyah ketika ia mengembalikan beliau setelah disapih. Mereka memandangi Rasulullah SAW dengan seksama, bertanya Halimah As-Sa’diyyah tentang beliau, dan meninmang-nimand beliau. Mereka berkata, “Kami pasti merampas anak ini kemudian membawanya kepada raja di negeri kami, karena kelak anak ini akan menjadi orang besar, karena kami telah mengetahui seluk-beluk tentang dia.”
Orang yang berkata kepadaku mengatakan bahwa Halimah As-Sa’diyyah nyaris tidak bisa meloloskan diri dari mereka.





DAFTAR PUSTAKA
Abdul Malik bin Hisyam Al-Muafiri, Abu Muhammad, Sirah Nabawiyah Ibnu Hisyam I,Jakarta : PT. Darul Falah, 2000.
Jauzi,Ibnul.,Al-Jwafa,Kesempurnaan Pribadi Nabi Muhammad SAW,cet. 1,Jakarta: Pustaka Al-Kautsar,2006.


[1]Abu Muhammad Abdul Malik bin Hisyam Al-Muafiri, Sirah Nabawiyah Ibnu Hisyam I,(Jakarta : PT. Darul Falah,2000), h. 132
[2]Abu Muhammad Abdul Malik bin Hisyam Al-Muafiri, Sirah Nabawiyah...h. 133.
[3]Ibnul Jauzi, Al-Jwafa,Kesempurnaan Pribadi Nabi Muhammad SAW,cet. 1,(Jakarta: Pustaka Al-Kautsar,2006), h. 87
[4]Abu Muhammad Abdul Malik bin Hisyam Al-Muafiri,Sirah Nabawiyah...h. 135.
[5]Abu Muhammad Abdul Malik bin Hisyam Al-Muafiri, Sirah Nabawiyah...h. 136
[6]Abu Muhammad Abdul Malik bin Hisyam Al-Muafiri, Sirah Nabawiyah....h. 137

Tidak ada komentar:

Posting Komentar