Kamis, 19 Desember 2013

makalah hadis tentang persaudaraan sesama muslim

BAB II
PEMBAHASAN

A. HADITS-HADITS TENTANG PERSUDARAAN MUSLIM
1. Hadits Persaudaraan Muslim
عنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ : قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صلى الله عليه وسلم : لاَ تَحَاسَدُوا وَلاَ تَنَاجَشُوا وَلاَ تَبَاغَضُوا وَلاَ تَدَابَرُوا وَلاَ يَبِعْ بَعْضُكُمْ عَلَى بَيْعِ بَعْضٍ وَكُوْنُوا عِبَادَ اللهِ إِخْوَاناً. الْمُسْلِمُ أَخُو الْمُسْلِمِ لاَ يَظْلِمُهُ وَلاَ يَخْذُلُهُ وَلاَ يَكْذِبُهُ وَلاَ يَحْقِرُهُ. التَّقْوَى هَهُنَا –وَيُشِيْرُ إِلَى صَدْرِهِ ثَلاَثَ مَرَّاتٍ – بِحَسَبِ امْرِئٍ مِنَ الشَّرِّ أَنْ يَحْقِرَ أَخَاهُ الْمُسْلِمَ، كُلُّ الْمُسْلِمِ عَلَى الْمُسْلِمِ حَرَامٌ دَمُهُ وَمَالُهُ وَعِرْضُهُ .[رواه مسلم]
Terjemah hadits / ترجمة الحديث :
Dari Abu Hurairah radhiallahuanhu dia berkata: Rasulullah shallallahu`alaihi wa sallam bersabda: “Janganlah kalian saling dengki, saling menipu, saling marah dan saling memutuskan hubungan. Dan janganlah kalian menjual sesuatu yang telah dijual kepada orang lain. Jadilah kalian hamba-hamba Allah yang bersaudara. Seorang muslim adalah saudara bagi muslim yang lainnya, (dia) tidak menzaliminya dan mengabaikannya, tidak mendustakannya dan tidak menghinanya. Taqwa itu disini (seraya menunjuk dadanya sebanyak tiga kali). Cukuplah seorang muslim dikatakan buruk jika dia menghina saudaranya yang muslim. Setiap muslim atas muslim yang lain; haram darahnya, hartanya dan kehormatannya.” (Riwayat Muslim)

Kenapa hadis ini ditekankan ? Masalah  penyakit hati yang sangat berbahaya
þ  Larangan untuk saling dengki. Dengki di sini bermaksud menginginkan agar nikmat atau kelebihan atau kebolehan atau keistimewaan yang ada pada orang lain di alihkan kepadanya atau terhapus.
þ  Larangan untuk berbuat keji dan menipu dalam urusan jual beli.
þ  Diharamkan untuk memutuskan hubungan terhadap muslim. Sebaliknya harus dijaga persaudaraan dan hak-haknya kerana Allah ta’ala.
þ  Islam bukan hanya aqidah dan ibadah saja, tetapi juga di dalamnya terdapat urusan akhlak dan muamalah.
þ  Hati merupakan sumber rasa takut kepada Allah ta’ala.
þ  Taqwa merupakan barometer keutamaan dan timbangan seseorang.
þ  Islam memerangi semua akhlak tercela kerana hal tersebut berpengaruh negatif dalam masyarakat Islam.
þ  Islam bukanlah sekadar lantunan kata-kata, tetapi ia mencakupi akhlak yang merupakan nilai-nilai luhur dalam bentuk perbuatan yang lahir daripada keimanan yakni orang yang bersih hatinya.
            Berbuat baik kepada tetangga adalah berbuat baik menurut kemampuannya, apabila ia meminjam sesuatu kepadamu, berikanlah pinjaman itu, jika minta pertolongan, tolonglah ia jika butuh sesuatu, berikanlah ia,jika ia sakit tengoklah dia, jika keluarganya ada yang meninggal, bertakzialah, jika ia berbahagia ikutilah berbahagia dan ucapkan selamat. Jadilah engkau orang yang dapat dipercaya terhadap rahasia-rahasianya, suka memberi hadiah, jagalah kemaslahatannya sebagaimana engkau menjaga kemaslahatanmu. Selain itu, diharuskan pula menjaga mereka dari ancaraman gangguan dan bahaya. Dan dalam hadist lain riwayat Ibnu Majah dari Siti Aisyah disebutkan:
            Artinya: “Malaikat Jibril senantiasa memberi wasiat kepadaku (untuk menjaga) tetangga sehingga aku menyangka bahwa tetangga akan dapat warisan (dapat diwarisi).
 Dalam Al-Qur’an juga banyak ayat-ayat yang membahas agar berbuat baik kepada tetangga.
* (#rßç6ôã$#ur ©!$# Ÿwur (#qä.ÎŽô³è@ ¾ÏmÎ/ $\«øx© ( Èûøït$Î!ºuqø9$$Î/ur $Y|¡ômÎ) ÉÎ/ur 4n1öà)ø9$# 4ytGuŠø9$#ur ÈûüÅ|¡yJø9$#ur Í‘$pgø:$#ur ÏŒ 4n1öà)ø9$# Í‘$pgø:$#ur É=ãYàfø9$# É=Ïm$¢Á9$#ur É=/Zyfø9$$Î/ Èûøó$#ur È@‹Î6¡¡9$# $tBur ôMs3n=tB öNä3ãyJ÷ƒr& 3 ¨bÎ) ©!$# Ÿw =Ïtä `tB tb%Ÿ2 Zw$tFøƒèC #·qãsù ÇÌÏÈ  
            Artinya: “Dan berbuat baiklah kepada kedua orang tua ibu bapak, karib kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga yang dekat dan tetangga yang jauh, teman-teman sejaewat, Ibnu sabil dan hamba sahayamu, sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong dan membangga- banggakan diri.
            Memuliakan tetangga, berbuat baik kepada tetangga dan jangan menyakiti tetangga, semua itu kembali kepada urutan haq-haq tetangga. Aisyah bertanya: “Wahai Rasullulah! Sesungguhnya saya mempunyai dua tetangga, kepada yang mana aku memberikan satu hadiah ini? Nabi SAW menjawab : Berikan pada tetangga yang lebih dekat pintu rumahnya dengamu. Disebut  tetangga adalah yang berdekatan rumah, atau yang jauh dari rumah, muslim atau kafir, ahli ibadah atau ahli yang melakukan dosa, teman atau musuh. Maka tetangga muslim yang beribadah dan teman lebih utama daripada tetangga lainnya dan lebih didahulukan dari pada tetangga lainnya.

1.  Keutamaan Silaturrahim
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رضي الله عنه قَالَ: قَالَ رَسُولُ اَللَّهِ صلى الله عليه وسلم : مَنْ أََحَبَّ أَنْ يُبْسَطَ عَلَيْهِ فِي رِزْقِهِ وَأَنْ يُنْسَأَ لَهُ فِي أَثَرِهِ فَلْيَصِلْ رَحِمَهُ (أَخْرَجَهُ اَلْبُخَارِيُّ).
Dari Abi Hurairah ra. Ia berkata : bersabda rasulullah saw. : “ Barang siapa yang ingin di luaskan rizqinya dan di panjangkan umurnya maka hendaknya ia menyambung silaturahmi”. ( H.R Bukhari)
Hadits ini memberikan salah satu gambaran tentang keutamaan silaturahmi. Yaitu dipanjangkan umur pelakunya dan dilapangkan rizkinya.
Adapun penundaan ajal atau perpanjangan umur, terdapat satu permasalahan; yaitu bagaimana mungkin ajal diakhirkan? Bukankah ajal telah ditetapkan dan tidak dapat bertambah dan berkurang sebagaimana firmanNya:
                                                      .وَلِكُلِّ أُمَّةٍ أَجَلٌ فَإِذَا جَآءَ أَجَلُهُمْ لاَيَسْتَأْخِرُونَ سَاعَةً وَلاَيَسْتَقْدِمُونَ
Artinya: “Maka apabila telah datang waktunya mereka tidak dapat mengundurkannya barang sesaatpun dan tidak dapat (pula) memajukannya.” (QS Al A’raf: 34).
Jawaban para ulama tentang masalah ini sangatlah banyak. Di antaranya,
Pertama, Yang dimaksud dengan tambahan di sini, yaitu tambahan berkah dalam umur. Kemudahan melakukan ketaatan dan menyibukkan diri dengan hal yang bermanfaat baginya di akhirat, serta terjaga dari kesia-siaan.
Kedua, Berkaitan dengan ilmu yang ada pada malaikat yang terdapat di Lauh Mahfudz dan semisalnya. Umpama usia si fulan tertulis dalam Lauh Mahfuzh berumur 60 tahun. Akan tetapi jika dia menyambung silaturahim, maka akan mendapatkan tambahan 40 tahun, dan Allah telah mengetahui apa yang akan terjadi padanya (apakah ia akan menyambung silaturahim ataukah tidak).
Demikian ini ditinjau dari ilmu Allah. Apa yang telah ditakdirkan, maka tidak akan ada tambahannya. Bahkan tambahan tersebut adalah mustahil. Sedangkan ditinjau dari ilmu makhluk, maka akan tergambar adanya perpanjangan (usia).
Ketiga, Yang dimaksud, bahwa namanya tetap diingat dan dipuji. Sehingga seolah-olah ia tidak pernah mati. Demikianlah yang diceritakan oleh Al Qadli, dan riwayat ini dha’if (lemah) atau bathil. Wallahu a’lam. [Shahih Muslim dengan Syarah Nawawi, bab Shilaturrahim Wa Tahrimu Qathi’atiha (16/114)]:
            Keutamaan silaturahmi yang lainnya, dijelaskan Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam dalam banyak hadits. Diantaranya ialah :
Pertama, Silaturahmi merupakan salah satu tanda dan kewajiban iman. Sebagaimana dijelaskan Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam dalam hadits Abu Hurairh, beliau bersabda, dipanjangkan umur dan dilapangkan rizkinya oleh allah
Artinya: “Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah bersilaturahmi.” (Mutafaqun ‘alaihi).
Kedua, Mendapatkan rahmat dan kebaikan dari Allah Ta’ala . Sebagaimana sabda beliau Shallallahu’alaihi Wasallam ,
Artinya: “Allah menciptakan makhlukNya, ketika selesai menyempurnakannya, bangkitlah rahim dan berkata,”Ini tempat orang yang berlindung kepada Engkau dari pemutus rahim.” Allah menjawab, “Tidakkah engkau ridha, Aku sambung orang yang menyambungmu dan memutus orang yang memutusmu?” Dia menjawab,“Ya, wahai Rabb.”” (Mutafaqun ‘alaihi).
Ibnu Abi Jamrah berkata,“Kata ‘Allah menyambung’, adalah ungkapan dari besarnya karunia kebaikan dari Allah kepadanya.”
Sedangkan Imam Nawawi menyampaikan perkataan ulama dalam uraian beliau,“Para ulama berkata, ‘hakikat shilah adalah kasih-sayang dan rahmat. Sehingga, makna kata ‘Allah menyambung’ adalah ungkapan dari kasih-sayang dan rahmat Allah.” [Lihat syarah beliau atas Shahih Muslim 16/328-329]
Ketiga, Silaturahmi adalah salah satu sebab penting masuk syurga dan dijauhkan dari api neraka. Sebagaimana sabda beliau Shallallahu’alaihi Wasallam,
Artinya: “Dari Abu Ayub Al Anshari, beliau berkata, seorang berkata,”Wahai Rasulullah, beritahulah saya satu amalan yang dapat memasukkan saya ke dalam syurga.” Beliau Shallallahu’alaihi Wasallam menjawab,“Menyembah Allah dan tidak menyekutukanNya, menegakkan shalat, menunaikan zakat dan bersilaturahmi.”” (Diriwayatkan oleh Jama’ah).

2.  Larangan Memutuskan Silaturahmi.
Sudah menjadi sunnatullah bahwa hubungan sesame manusia tidaklah selamanya baik, ada problem dan pertentangan. Hidup adalah perjuangan, tantangan, pengorbanan, dan sekaligus perlombaan anatar sesama manusia. Tidak heran kalau terjadi gesekan antar sesama dan tidak mungkin dapat dihindarkan.      
            Namun demikian, gesekan atau permusuhan tersebut jangan sampai diperpanjang hingga melebihi tiga hari yanag ditandai dengan tidak saling menegur sapa dan saling manjauhi. Hal ini tidak dibenarkan dalam ajaran Islam.           
            Memang benar setiap manusia memiliki ego dan gengsi sehingga hal ini sering mengalahkan akal sehat akan tetapi untuk apa mempertahankan gengsi bila hanya menyebabkan pelanggaran aturan agama dalam berhubungan dengan sesama.          
            Di antara cara efektif untuk membuka kembali hubungan yang telah terputus adalah dengan mengucapkan salam sebagai tanda dibukanya kembali hubungan kekerabata. Ini bukan bahwa orang yang memulai salam berarti telah kalah tetapi ia telah melakukan perbuatan sangat mulia dan terpuji di sisi Allah SWT.
Bahaya memutuskan silaturrahim
عَنْ جُبَيْرِ بْنِ مُطْعِمٍ رضي الله عنه قَالَ: قَالَ رَسُولُ اَللَّهِ صلى الله عليه وسلم : لاَ يَدْخُلُ اَلْجَنَّةَ قَاطِعٌ (مُتَّفَقٌعَلَيْهِ)                                                                                        
            Dari Jubair bin Muth’im ra. Ia berkata : bersabda Rasulullah saw. : “Tidak akan masuk surga orang yang memutuskan hubungan”. (Mutafaqun ‘alaih)

0rang yang memutuskan silaturahmi adalah orang yang dilaknat oleh Allah. Dosa yang dipercepat oleh Allah untuk diberi siksa di dunia dan akhirat adalah memutuskan silaturahmi (selain berbuat zalim). 0rang yang memutuskan silaturahmi doanya tidak dikabulkan oleh Allah. 0rang yang memutuskan silaturahmi tidak akan masuk surga. Bila dalam suatu kaum terdapat orang yang memutus silaturahmi, maka kaum itu tidak akan mendapat rahmat dari Allah.
Allah berfirman:
 “Maka apakah kiranya jika kamu berkuasa kamu akan membuat kerusakan dimuka bumi dan memutuskan hubungan kekeluargaan  Mereka itulah orang-orang yang dila'nati Allah dan ditulikan-Nya telinga mereka dan dibutakan-Nya penglihatan mereka" (QS. Muhammad :22-23)
Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,
artinya :"Tidaklah seorang muslim memanjatkan do’a pada Allah selama tidak mengandung dosa dan memutuskan silaturahmi melainkan Allah akan beri padanya tiga hal: Allah akan segera mengabulkan do’anya, Allah akan menyimpannya baginya di akhirat kelak, dan Allah akan menghindarkan darinya kejelekan yang semisal." Para sahabat lantas mengatakan, "Kalau begitu kami akan memperbanyak berdo’a." Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam lantas berkata," Allah nanti yang memperbanyak mengabulkan do'a-do'a kalian"." (HR. Ahmad)
Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,
artinya : "Tidak ada dosa yang Allah swt lebih percepat siksaan kepada pelakunya di dunia, serta yang tersimpan untuknya di akhirat selain perbuatan zalim dan memutuskan tali silaturahmi" (HR Tirmidzi)
Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,
Artinya : "Rahmat tidak akan turun kepada kaum  yang padanya terdapat orang yang memutuskan tali silaturahmi (HR Muslim).
3. Larangan memutuskan silaturrahim
عَنْ أَبِي أَيُّوبَ رضي الله عنه أَنَّ رَسُولَ اَللَّهِ  صلى الله عليه وسلم قَالَ: لاَ يَحِلُّ لِمُسْلِمٍ أَنْ يَهْجُرَ أَخَاهُ فَوْقَ ثَلاَثِ لَيَالٍ يَلْتَقِيَانِ, فَيُعْرِضُ هَذَا, وَيُعْرِضُ هَذَا, وَخَيْرُهُمَا اَلَّذِي يَبْدَأُ بِالسَّلاَمِ (مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ)                                                                               
            Dari Abu Ayub ra. Sesungguhnya Rasulullah saw. Bersabda : “tidak di halalkan bagi seorang muslim memusuhi saudaranya lebih dari tiga hari, sehingga jika bertemu saling berpaling muka, dan sebaik-baik keduanya adalah yang mendahului memberi salam”. (Mutafaqqun ‘alaih)
Islam menganjurkan untuk menyambung hubungan dan bersatu serta mengharamkan pemutusan hubungan, saling menjauhi, dan semua perkara yang menyebabkan lahirnya perpecahan. Karenanya Islam menganjurkan untuk menyambung silaturahim dan memperingatkan agar jangan sampai ada seorang muslim yang memutuskannya. Dan Nabi shalllallahu alaihi wasallam mengabarkan bahwa bukanlah dikatakan menyambung silaturahmi ketika seorang membalas kebaikan orang yang berbuat kebaikan kepadanya, yakni menyambung hubungan dengan orang yang senang kepadanya. Akan tetapi yang menjadi hakikat menyambung silaturahmi adalah ketika dia membalas kebaikan orang yang berbuat jelek kepadanya atau menyambung hubungan dengan orang yang memutuskan hubungan dengannya.
Nabi shallallahu alaihi wasallam mengabarkan bahwa balasan disesuaikan dengan jenis amalan. Karenanya, barangsiapa yang menyambung hubungan silaturahminya maka Allah juga akan menyambung hubungan dengannya, dan di antara bentuk Allah menyambungnya adalah Allah akan menambah rezekinya, menambah umurnya, dan senantiasa memberikan pertolongan kepadanya.
Sebaliknya, siapa saja yang memutuskan hubungan silaturahimnya maka Allah juga akan memutuskan hubungan dengannya. Dan ketika Allah sudah memutuskan hubungan dengannya maka Allah tidak akan perduli lagi dengannya, Allah akan menjadikannya buta dan tuli, dan menimpakan laknat kepadanya. Dan siapa yang mendapatkan laknat maka sungguh dia telah dijauhkan dari kebaikan dan rahmat Allah Ta’ala yang Maha Luas.
Dampak yang ditimbulkan bila silaturahim diantara kita putus, sangatlah besar, baik di dunia maupun di akhirat kelak. Di antaranya adalah sebagai berikut :
1.      Segala amalnya tidak berguna dan tidak berpahala. Walaupun kita telah beribadah dengan penuh keikhlasan, siang dan malam, tetapi bila kita masih memutus tali silaturahim dan menyakiti hati orang-orang Islam yang lain, maka amalannya tidak ada artinya di sisi Allah SWT.
2.      Amalan shalatnya tidak berpahala. Sabda Rasulullah SAW : "Terdapat 5 (lima) macam orang yang shalatnya tidak berpahala, yaitu : isteri yang dimurkai suami karena menjengkelkannya, budak yang melarikan diri, orang yang mendemdam saudaranya melebihi 3 hari, peminum khamar dan imam shalat yang tidak disenangi makmumnya."
3.      Rumahnya tidak dimasuki malaikat rahmat. Sabda Rasulullah SAW : "Sesungguhnya malaikat tidak akan turun kepada kaum yang didalamnya ada orang yang memutuskan silaturahmi."
4.      Orang yang memutuskan tali silaturahmi diharamkan masuk surga. Sabda Rasulullah SAW : " Terdapat 3 (tiga) orang yang tidak akan masuk surga, yaitu : orang yang suka minum khamar, orang yang memutuskan tali silaturahmi dan orang yang membenarkan perbuatan sihir."
Hubungan di antara cinta dan persaudaraan adalah hubungan yang sangat kuat. Maka setiap orang yang dipertalikan oleh Allah di antara engkau dan dia dengan hubungan persaudaraan, niscaya ia mendapat hak untuk saling mencintai karena Allah. Dan setiap orang yang bergaul denganmu dengan kecintaan iman, niscaya ia berhak mendapatkan hak persaudaraan Islam.

            Dalam larangan tentang sebagian gambaran perbuatan jahat terhadap muslim  atau perintah sebagian gambaran kehidupan bersama, tolong menolong, dan saling berkasih sayang, Rasulullah  melengkapi pengarahan beliau dengan sabdanya:
وَكُوْنُوْا عِبَادَ اللهِ إِخْوَانًا
"Dan jadilah kamu hamba-hamba Allah yang bersaudara”. (HR. al-Bukhari, Abu Daud, at-Tirmidzi, Malik)
Al-Qurthubi rahimahullah menjelaskan pengertian persaudaraan yang dimaksudkan dalam hadits tersebut dengan ucapannya : “Berusahalah agar kamu menjadi seperti saudara senasab dalam kasih sayang, tolong menolong, saling membantu, dan memberi nasehat”. (Dikutip dari hasyiyah al-Muwaththa`, ta'liq Muhammad Fu`ad Abdul Baqi hal. 908, kitab Husnul Khuluq no. 15)
Dan standar pemahaman ukhuwah (persaudaraan) dan yang tidak sempurna iman  kecuali dengannya adalah yang dijelaskan oleh Rasulullah  dengan sabdanya:
وَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ, لاَيُؤْمِنُ عَبْدٌ حَتَّى يُحِبَّ ِلأَخِيْهِ مَا يُحِبُّ لِنَفْسِهِ
"Demi Dzat yang diriku berada di tangan-Nya, seorang hamba tidak beriman (yang sempurna) sehingga ia mencintai untuk saudaranya sesuatu yang ia mencintai untuk dirinya sendiri dari kebaikan”. (Shahih al-Jami' no.7085)
Al-Karmani memberikan komentar dengan katanya, : “Dan termasuk iman pula, bahwa ia membenci untuk saudaranya keburukan yang dibencinya untuk dirinya, dan beliau tidak menyebutkannya, karena mencintai sesuatu memberikan konsekuensi membenci lawannya, lalu beliau  tidak menyebutkan hal itu karena sudah cukup”. (Fath al-Bari 1/58. saat mensyarahkan hadits ke 13 dari kitab al-Iman bab ke-tujuh)
            An-Nawawi rahimahullah mendefinisikan mahabbah bahwa ia adalah kecenderungan kepada sesuatu yang sesuai orang yang mencintai (Fath al-Bari 1/58). Dan Ibnu Hajar rahimahullah menambahkan : “Maksud kecenderungan di sini adalah ikhtiyari (yang diusahakan), bukan alami, dan mahabbah adalah keinginan apa yang diyakininya sebagai kebaikan”. (Fath al-Bari 1/58)
Dan keinginan atas mahabbah dan persaudaraan, mendorong seseorang seperti Abu Hurairah untuk mendapat doa dari Rasulullah  untuk dirinya dan ibunya dengan mahabbah yang beredar bersama orang-orang yang beriman, maka Rasulullah  mendoakan untuknya:
اَللّهُمَّ حَبِّبْ عُبَيْدَكَ هذَا وَأُمَّهُ إِلَى عِبَادِكَ الْمُؤْمِنِيْنَ, وَحَبِّبْ إِلَيْهِمْ الْمُؤْمِنِيْنَ...
"Ya Allah, cintakanlah hamba-Mu ini dan ibunya kepada hamba-hamba-Mu yang beriman, dan cintakanlah kepada mereka orang-orang yang beriman". (Shahih Muslim, kitab keutamaan para sahabat, bab 35, hadits no. 158)
            Dan dasar dalam cinta dan benci bahwa ia adalah untuk sesuatu yang dicintai Allah atau dibenci-Nya. Allah mencintai (menyukai) orang-orang yang bertaubat dan bersuci, orang-orang yang berbuat baik dan bertaqwa, orang-orang yang sabar dan bertawakkal, orang-orang yang berbuat adil, dan orang-orang yang berjuang di jalan-Nya secara berbaris, dan tidak menyukai orang-orang zhalim, melewati batas, israf (berlebih-lebihan), berbuat kerusakan, berkhianat, dan orang-orang yang sombong.
            Sebagaimana dasar dalam cinta bahwa ia berlaku umum untuk semua orang-orang yang beriman, bervariasi mengikuti keshalihan mereka. Maka kita tidak bisa menegakkan permusuhan bagi orang yang terjatuh dalam perbuatan maksiat yang dia telah bertaubat darinya, atau telah dilaksanakan hukuman had padanya, dan sekalipun ia berbuat maksiat, ia tetap dalam lingkungan Islam. Rasulullah  melarang mencela sahabat yang dilaksanakan hukuman cambuk beberapa kali karena meminum arak, beliau bersabda:
لاَ تَلْعَنُوْهُ فَوَاللهِ, مَا عَلِمْتُ أَنَّهُ يُحِبُّ اللهَ وَرَسُوْلَهُ
"Janganlah kamu mengutuknya, demi Allah, aku tidak mengetahui, sesungguhnya ia mencintai Allah dan Rasul-Nya”. (Shahih al-Bukhari, kitab al-Hudud, bab ke-lima, hadits no. 6780)
Ibnu Hajar rahimahullah mengambil kesimpulan dari hadits tersebut : Bahwa tidak ada kontradiksi di antara melakukan yang dilarang dan tetapnya rasa cinta kepada Allah dan rasul-Nya di dalam hati pelaku. Dan sesungguhnya orang yang berulang kali melakukan maksiat, rasa cinta kepada Allah dan Rasul-Nya tidak dicabut darinya. (Fath al-Bari 12/78, Syarh hadits 6780)
            Dalam hadits yang lain, sebagian sahabat berdo’a atas orang yang mabuk agar Allah menghinakannya, maka Nabi  bersabda dengan rasa cinta dan persaudaraan:
لاَ تَكُوْنُوْا عَوْنَ الشَّيْطَانِ عَلَى أَخِيْكُمْ
"Janganlah kamu menjadi pembantu syetan atas saudaramu”. (Shahih al-Bukhari, Kitab al-Hudud, bab ke-Lima, no. 6781)
Agar memalingkan pandangan mereka untuk memohonkan ampunan baginya dan memberikan nasehat kepadanya, sebagai pengganti mendo’akan celaka atasnya yang membuat syetan menjadi senang dan bertambah kuat.
            Dalam sebuat atsar disebutkan: sesungguhnya Abu ad-Darda` melewati seorang laki-laki yang telah melakukan dosa, maka mereka mencelanya, maka ia berkata : “Bagaimana pendapatnya jika kamu menemukannya di dalam lobang, apakah kamu mengeluarkannya?”. Mereka menjawab : “Tentu”. Ia berkata : “Maka janganlah kamu mencela saudaramu, dan pujilah Allah yang telah menyelamatmu (dari perbuatan dosa itu)”. Mereka bertanya : “Apakah engkau tidak membencinya?”. Ia menjawab : “Sesungguhnya aku membenci perbuatannya. Maka apabila ia telah meninggalkannya, maka ia adalah saudaraku”. (Tetang kehidupan sahabat 3/413)
            Sudah berapa banyak ikat persaudaraan yang terputus. Berapa banyak hati yang ditikam permusuhan dan kebencian karena ijtihad yang salah. Padahal persoalannya luas untuk menjaga kasih sayang dan persaudaraan bersama orang yang terjerumus dalam perbuatan maksiat. Maka bagaimana dengan saudara-saudara yang terpeleset dalam pendapat atau tergelincir dalam ijtihad? Karena sumber persaudaraan dan cinta masih tetap ada, yaitu memuliakan aqidah iman yang dibawanya dan kalimah tauhid yang mengajak kepadanya.
            Sesungguhnya Allah menjadikan cinta dan benci karena Allah sebagai ikatan Islam yang paling kuat. Dan dalam satu riwayat:
أَوْثَقُ عُرَى اْلإِيْمَانِ: اَلْمُوَالاَةُ فِى اللهِ وَالْمُعَادَاةُ فِى اللهِ, وَالْحُبُّ فِى اللهِ وَاْلبُغْضُ فِى اللهِ عَزَّ وَجَلَّ.
"Ikatan iman yang paling kuat adalah: loyalitas karena Allah dan saling memusuhi karena Allah, cinta karena Allah dan benci karena Allah”. (Shahih al-Jami' 2539)
            Sesungguhnya iman tidak sempurna kecuali dengan kebenaran perasaan ini dan mengikhlaskan ikatan ini:
مَنْ أَحَبَّ فِى اللهِ وَأَبْغَضَ فِى اللهِ وَأَعْطَى ِللهِ وَمَنَعَ ِللهِ فَقَدْ اسْتَكْمَلَ اْلإِبْمَانَ
"Barangsiapa yang mencintai karena Allah, membenci karena Allah, memberi karena Allah, dan tidak memberi karena Allah, berarti ia telah menyempurnakan iman”. (Shahih al-Jami' no 5965)
            Dan barangsiapa yang ingin merasakan kenikmatan mujahadah terhadap syetan dan manisnya bersih dari hawa nafsu serta keagungan sikap loyalitas kepada Allah, Rasul-Nya dan orang-orang yang beriman, maka inilah jalannya :
ثَلاَثٌ مَنْ كُنَّ فِيْهِ وَجَدَ حَلاَوَةَ اْلإِيْمَانِ: أَنْ يَكُوْنَ اللهُ وَرَسُوْلُهُ أَحَبَّ إِلَيْهِ مِمَّا سِوَاهُمَا, وَأَنْ يُحِبَّ الْمَرْءَ لاَ يُحِبُّهُ إِلاَّ ِللهِ, وَأَنْ يَكْرَهَ أَنْ يَعُوْدَ فِى الْكُفْرِ –بَعْدَ أَنْ أَنْقَذَهُ اللهُ مِنْهُ- كَمَا يَكْرَهُ أَنْ يُنْقَذَ فِى النَّارِ
"Ada tiga perkara, barangsiapa yang ada padanya, niscaya ia mendapatkan manisnya iman: bahwa Allah dan rasul-Nya lebih dicintai kepadanya dari pada selain keduanya, bahwa ia mencintai seseorang, ia tidak mencintainya kecuali karena Allah, dan bahwa ia benci kembali dalam kekafiran –setelah Allah menyelamatkannya darinya- sebagaimana ia benci dijermuskan di neraka”. (HR. al-Bukhari, Muslim, at-Tirmidzi, an-Nasa`I (Jami' al-Ushul 1/237 no.20)
Dan Rasulullah  menjadikan kelebihan di antara dua orang yang bersaudara yang saling mencintai, dengan sejauh kecintaan setiap orang dari keduanya terhadap saudaranya:
مَا تَحَابَّ اثْنَانِ فِى اللهِ تَعَالَى إِلاَّ كَانَ أَفْضَلُهُمَا أَشَدّهُمَا حُبًّا لِصَاحِبِهِ.
"Tidak saling mencintai di antara dua orang karena Allah, melainkan yang paling utama di antara keduanya adalah yang paling mencintai terhadap saudaranya”. (Shahih al-Jami' no. 5594)
Dan jika pada suatu hari syetan menyusup di antara keduanya, maka hendaklah keduanya melakukan introfeksi terhadap hatinya masing-masing, berdasarkan sabda Nabi :
مَا تَوَادَّ اثْنَانِ فِى اللهِ فَيُفَرَّقُ بَيْنَهُمَا إِلاّ بِذَنْبٍ يُحْدِثُهُ أَحَدُهُمَا
"Tidaklah dua orang saling mencintai karena Allah, lalu dipisahkan di antara keduanya, melainkan karena dosa yang dilakukan salah seorang dari keduanya”. (Shahih al-Jami' no. 5603)
            Dan untuk mendorong cinta kepada Allah, Dia memberi kabar gembira dengan memuliakan mereka saat huru hara di hari kiamat dan hisab, dengan memberikan naungan kepada mereka di bawah naungan arsy, dan termasuk tujuh golongan yang diberikan keistimewaan dengan keutamaan ini, seperti yang tersebut dalam hadits:
... وَرَجُلاَنِ تَحَابَّا فِى اللهِ, فَاجْتَمَعَا عَلَيْهِ وَافْتَرَقَا عَلَيْهِ...
"… dan dua orang yang saling mencintai karena Allah, maka keduanya berkumpul atas hal itu dan berpisah karenanya…”. (HR. al-Bukhari, Muslim, at-Tirmidzi, an-Nasa`i, dan Malik (Jami' al-Ushul 9/564. no. 7317)
            Dan supaya masyarakat muslim saling tolong menolong di atas kebaikan dan menanam nilai-nilai kebajikan, banyak sekali hadits-hadits yang mendorong agar memberitahukan saudara yang mempunyai kedudukan khusus dalam dirinya, dan cinta yang berbeda di atas persaudaraan secara umum bagi semua orang-orang yang beriman –bahwa engkau mencintainya, di antara hal itu adalah sabda Rasulullah :
إِذَا أَحَبَّ أَحَدُكُمْ صَاحِبَهُ فَلْيَأْتِهِ فِى مَنْزِلِهِ فَلْيُخْبِرْهُ أَنَّهُ يُحِبُّهُ ِللهِ.
"Apabila salah seorang darimu mencintai saudaranya, maka hendaklah ia mendatanginya di rumahnya, lalu mengabarkan kepadanya bahwa sesungguhnya ia mencintainya karena Allah“. (Shahih al-Jami' no. 281)
            Dan di antara kebenaran persaudaraan dan murninya rasa cinta, bahwa engkau menghitung seperti perhitungan saudaramu dalam menarik manfaat untuk dirimu atau menolak bahaya darimu. Dan dalam wasiat Rasulullah  kepada Abu Hurairah :
وَأَحِبَّ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُؤْمِنِيْنَ مَا تُحِبُّ لِنَفْسِكَ وَأَهْلِ بَيْتِكَ وَأَكْرِهْ لَهُمْ مَا تَكْرَهُ لِنَفْسِكَ وَأَهْلِ بَيْتِكَ, تَكُنْ مُؤْمِنًا ...
"Dan cintailah untuk kaum muslimin dan mukminin apa saja yang engkau cintai untuk dirimu dan keluargamu, dan bencilah untuk mereka apa-apa yang engkau benci untuk dirimu dan keluargamu, niscaya engkau menjadi beriman…". (Shahih al-Jami'  no. 7833)
            Dan diantara cara mengungkapkan kebenaran rasa persaudaraan dan hakekat kasih sayang, sesuatu yang engkau berikan untuk saudaramu berupa do’a-do’a yang baik, di tempat ia tidak mendengar dan tidak melihatmu. Di tempat yang tidak ada campuran perasaan riya dan berpura-pura, seperti dalam sabda Nabi :
دَعْوَةُ الْمَرْءِ الْمُسْلِمِ بِظَهْرِ الْغَيْبِ مُسْتَجَابَةٌ,  عِنْدَ رَأْسِهِ مَلَكٌ مُوَكَّلٌ. كُلَّمَا دَعَا ِلأَخِيْهِ بِخَيْرٍ قَالَ اْلمَلَكُ الْمُوَكَّلُ بِهِ: آمِيْنَ وَلَكَ مِثْل.
"Doa seorang muslim untuk saudaranya dari belakang dikabulkan. Di sisi kepalanya ada malaikat yang ditugaskan, setiap kali ia berdoa untuk saudaranya dengan kebaikan, malaikat yang ditugaskan dengannya berkata: Amin, dan untukmu semisalnya”. (Shahih Muslim, kitab Zikr, bab 23, hadits no. 88)
An-Nawawi rahimahullah berkata : “Sebagian salafus shalih, apabila ingin berdoa untuk dirinya, ia berdoa untuk saudaranya yang muslim dengan doa tersebut, karena doa itu dikabulkan dan ia memperoleh hal serupa untuk dirinya sendiri”.
            Dan untuk persaudaraan, ada hak-haknya di dunia, berupa mendoakan yang bersin (apabila membaca hamdalah), mengunjungi yang sakit, memenuhi undangan, memberikan penghormatan, dan mengiringi jenazah.
            Sebagaimana syari'at mengharamkan saling tidak bertegur sapa lebih dari tiga hari, dan tidak diangkat amal keduanya sampai keduanya berdamai, dan Allah tidak menjadikan ikatan persaudaraan bagi orang-orang beriman selain persaudaraan Islam. Dan Nabi  telah memberikan isyarat bahwa jikalau ia menjadikan untuk dirinya seorang kekasih, niscaya ia adalah Abu Bakar , akan tetapi beliau  lebih mengutamakan persaudaraan Islam. Maka beliau bersabda:
وَلكِنْ أُخُوَّةُ اْلإِسْلاَمِ أَفْضَلُ
"Akan tetapi persaudaraan Islam lebih utama”. (Dari beberapa riwayat al-Bukhari (Jami' al-Ushul 8/589 no. 6408)
Apakah kita lebih mengutamakan fanatisme jahiliyah di atas persaudaraan Islam?
            Ikatan persaudaraan ini tetap berlangsung hingga ke negeri akhirat, di mana sebagian penghuni surga tidak melihat saudara mereka yang bersama mereka semasa di dunia. Maka mereka bertanya kepada Rabb tentang saudara-saudara mereka. Nabi  menggambarkan keadaan tersebut dengan sabdanya:
فَمَا مُجَادَلَةُ أَحَدِكُمْ لِصَاحِبِهِ فِى الْحَقِّ يَكُوْنُ لَهُ فِى الدُّنْيَا أَشَدَّ مُجَادَلَةً مِنَ الْمُؤْمِنِيْنَ لِرَبِّهِمْ فِى إِخْوَانِهِمِ الَّذِيْنَ أُدْخِلُوْا النَّارَ. قاَلَ: يَقُوْلُوْنَ: رَبَّنَا! إِخْوَانُنَا كَانُوا يُصَلُّوْنَ مَعَنَا وَيَصُوْمُوْنَ مَعَنَا وَيَحُجُّوْنَ مَعَنَا فَأَدْخَلْتَهُمُ النَّارَ. فَقَالَ: اذْهَبُوْا فَأَخْرِجُوْا مَنْ عَرَفْتَهُمْ مِنْهُمْ...
"Tidak ada perdebatan seseorang kamu bagi sahabatnya dalam kebenaran yang ada di dunia yang lebih kuat dari pada perdebatan orang-orang beriman kepada Rabb mereka tentang saudara-saudara mereka yang dimasukkan ke dalam neraka. Dia berfirman : 'Mereka berkata, 'Rabb kami, saudara-saudara mereka shalat bersama kami, puasa bersama kami, berhaji bersama kami, lalu Engkau masukkan mereka ke dalam neraka.' Maka Dia berfirman, 'Pergilah, lalu keluarkanlah orang yang kamu kenal dari mereka…". (Shahih Sunan Ibnu Majah karya Syaikh al-Albani, al-Muqaddimah, bab ke-9, hadits no. 51)
            Lalu mereka mengeluarkan mereka (orang beriman yang berada di dalam neraka). Kemudian Dia memberi ijin bagi mereka, maka mereka mengeluarkan orang yang di hatinya ada iman seberat biji sawi. Sesungguhnya persaudaraan yang memiliki kedudukan seperti ini di sisi Allah, dan sesungguhnya kecintaan yang mempunyai keutamaan seperti itu di dunia dan akhirat sudah seharusnya ditekuni, disempurnakan hak-haknya, dan meminta tambahan darinya :
يَقُولُونَ رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا وَلإِخْوَانِنَا الَّذِينَ سَبَقُونَا بِاْلإِيمَانِ وَلاَتَجْعَلْ فِي قُلُوبِنَا غِلاًّ لِّلَّذِينَ ءَامَنُوا رَبَّنَآ إِنَّكَ رَءُوفٌ رَّحِيمٌ
"Ya Rabb kami, beri ampunlah kami dan saudara-saudara kami yang telah beriman lebih dahulu dari kami, dan janganlah Engkau membiarkan kedengkian dalam hati kami terhadap orang-orang yang beriman Ya Rabb kami, sesungguhnya Engkau Maha Penyantun lagi Maha Penyanyang". (QS. Al-Hasyr:10)





















BAB III
SIMPULAN DAN SARAN


A.    Simpulan
Hakekat persaudaraan dalam islam adalah saling memperhatikan, dalam artian saling memahami, saling mengerti, saling membantu, dan membela terhadap sesama sebagaimana ditegaskan dalam hadis Rasulullah Saw. Diatas yang disabdakan karena adanya sahabat yang membantu dan membela saudaranya yang diserang atau dianiaya oleh orang lain.
Dalam merintis terbentuknya sebuah negara di Madinah adalah dengan mengawali menciptakan hubungan persaudaraan yang harmonis dan damai antara komunitas Muhajirin (Penduduk Mekah yang hijrah ke Madinah) dengan komunitas Anshar (penduduk Madinah). Lahirnya Piagam Madinah yang pada awalnya disebut sebagai al-kitab (buku) dan ash-Shahifah (bundelan kertas), dan dalam konteks modern dikenal sebagai ad-Dustur (konstitusi), atau al-Watsiqah (dokumen) yang memuat dua bagian.
Celupan persaudaraan mencakup dalam dua aspek: Pertama, sikap atau perilaku yang positif; Kedua, perasaan atau mental yang positif.
-   Ikatan persaudaraan harus berdasarkan iman dan mengharuskan hak-hak bagi seorang muslim.
-   Persaudaraan iman sudah seharusnya berada di atas persaudaraan nasab.
-   Kriteria (standar) persaudaraan adalah bahwa engkau menyukai kebaikan untuk saudaramu, sebagaimana engkau menyukai untuk dirimu sendiri.
-   Dasar dalam cinta adalah:
1.         Memandang pada sesuatu yang dicintai Allah.
2.         Berlaku umum bagi semua orang-orang beriman.
3.         Mencintai orang yang beriman dan membenci maksiatnya.
-   Cinta karena Allah adalah ikatan iman paling kuat.
-   Orang yang paling utama di antara dua orang yang saling mengasihi adalah yang paling cinta di antara keduanya.
-   Di antara lorong-lorong syetan untuk memisahkan di antara dua orang yang saling mengasihi:
1.         Dosa yang dilakukan oleh salah seorang dari keduanya.
2.         masuknya perasaan cemburu.
-   Di antara keutamaan cinta karena Allah: berhak mendapat cinta-Nya dan aman di bawah naungan arsy-Nya.



B.     Saran
Berdasarkan Uraian latar belakang dan pembahasan diatas, maka dari itu, penulis menyarankan kepada :
1.      Masyarakat, kita harus bisa saling membina hubungan persaudaraan antar sesama muslim maupun non-muslim agar kita dapat hidup tentram secara berdampingan di dunia yang sementara ini.
2.      Para Pembaca, Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca, walaupun masih banyak terdapat kekeliruan dalam penulisan makalah ini. Oleh karena itu, penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari para pembaca untuk perbaikan dan kesempurnaan penyusunan makalah yang selanjutnya. Atas saran dan kritiknya yang membangun, penulis ucapkan terima kasih.

1 komentar:

  1. assalamu'alaikum wr wb...
    perkenalkan nama saya Abdul Hasim, mempunyai seorang istri dan 3 orang anak

    sebelumnya saya mohon maaf jika komentar yang saya berikan tidak ada hubungannya dengan tulisan saudara, karena disini saya hanya ingin mohon bantuan keikhlasan hati saudara untuk membantu saya yang saat ini sedang dalam kesulitan.
    adapun kesulitan yang saya alami yaitu saat ini saya sedang terlilit hutang yang harus segera saya bayar, baik itu ke bank, rentenir, kawan dan saudara.
    berawal dari niat ingin membuka peluang usaha maka saya dan istri mengajukan pinjaman ke bank BRI 100juta, setelah pinjaman kami dapatkan maka kami pun mulai usaha jualan kelontongan dirumah, awalnya semua berjalan normal dan tidak ada masalah, karena masih bisa dibantu dengan hasil saya bekerja sebagai karyawan diperusahaan, tetapi tidak disangka dan tidak kami duga, perusahaan tempat saya bekerja harus mengurangi karyawan karena prospek bisnis perusahaan kurang bagus, dan akhirnya saya menganggur, kurang lebih 2 tahun saya menganggur tanpa ada penghasilan, sementara pinjaman bank harus terus dibayar setiap bulan, dan biaya kehidupan sehari-hari juga harus saya penuhi apa lagi dengan 3 anak yang masih kecil-kecil, akhirnya modal jualan pun habis terpakai untuk membayar pinjaman dan biaya hidup, modal jualan habis sementara pinjaman belum lunas, akhirnya saya dan istri menggadaikan perhiasan, termasuk cincin kawin, belum juga mendapat pekerjaan akhirnya kendaraan juga ikut tergadai, dan seterusnya akhirnya pinjam kesaudara yang bisa membantu.
    sekarang saya sudah mendapatkan pekerjaan, yang berpenghasilan 5juta pebulan, dan kalau hanya untuk membayar hutang bank setiap bulannya saya sanggup dan bahkan ada yang bisa saya tabung untuk masa depan, tetapi yang jadi permasalah adalah, uang rentenir dan uang pegadaian yang sangat memberatkan saya, bahkan terkadang istri saya harus menangis tiap hari karena didatangi para penagih, saya tidak tega jika menerima telepon dari istri saya yang selalu enangis karena saya juga bekerja jauh dari anak dan istri saya.
    sebenarnya saya dan istri punya pemikiran ingin menjual rumah tempat kami tinggal, tetapi kebetulan rumah yang kami tempati juga kami dirikan sekolah untuk Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), yang juga awal pendirian sekolah tersebut dari uang pribadi kami, dan kepada anak didik kami tidak kami pungut bayaran, karena awal pendirian sekolah kami berniat ingin membantu warga yang ada disekitar kami yang sebagian besar pekerjaannya hanyalah petani biasa, dengan alasan itulah saya dan istri tidak menjual rumah walau keadaan kami sesulit apapun, karena kalau kami tetap menjual rumah bagaimana dengan nasib anak didik kami, apakah mereka kembali tidak mendapatkan pendidikan dimana setiap hari hanya ikut orang tua berkebun.
    untuk itu saya dan istri mohon sekiranya saudara dapat membantu saya melalu cobaan ini.

    saya dapat dihubungi di no.081346588712
    no rek BRI 450801004741531 an.KARTINA (istri saya)

    semoga Allah membalas kebaikan saudara


    Wassalam
    Abdul Hasim

    BalasHapus